Nama Orang, Nama Tempat, Topik/Tema Kamus
kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per frasa)
Jerusalem -> Mat 27:34
Jerusalem: Mat 27:34 - anggur bercampur empedu Ialah minuman pembius yang oleh wanita Yerusalem yang berkasihan, Luk 23:27 dst; lazimnya diberikan kepada orang yang dihukum mati buat meringankan pe...
Ialah minuman pembius yang oleh wanita Yerusalem yang berkasihan, Luk 23:27 dst; lazimnya diberikan kepada orang yang dihukum mati buat meringankan penderitaannya. Anggur itu bercampur mur, bdk Mar 15:23, sedangkan "empedu" yang disebut Matius kiranya berasal dari Maz 69:22 (sama seperti "cuka" yang terdapat dalam resensi Antiokhia). Yesus tidak mau minum obat bius itu.
Ende -> Mat 27:34
Ende: Mat 27:34 - Empedu Demikian tepat terdjemahan kata Junani, tetapi jang dimaksudkan,
ialah sedjenis rempah (obat) pembius jang meringankan penderitaan.
Karena.akibat jang...
Demikian tepat terdjemahan kata Junani, tetapi jang dimaksudkan, ialah sedjenis rempah (obat) pembius jang meringankan penderitaan. Karena.akibat jang demikian kita dapat mengerti apa sebabnja Jesus tidak mau meminumnja.
Ref. Silang FULL -> Mat 27:34
· bercampur empedu: Mat 27:48; Mazm 69:22
buka semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Rentang Ayat
Matthew Henry -> Mat 27:33-49
Matthew Henry: Mat 27:33-49 - Yesus Disalibkan Yesus Disalibkan (27:33-49)
Di sini diceritakan mengenai penyaliban Tuhan kita Yesus.
I. Tempat di mana Tuhan kita Yesus dihukum mati.
....
Yesus Disalibkan (27:33-49)
- Di sini diceritakan mengenai penyaliban Tuhan kita Yesus.
- I. Tempat di mana Tuhan kita Yesus dihukum mati.
- . Sampailah mereka di suatu tempat yang bernama Golgota, yang berdekatan dengan Yerusalem, dan mungkin merupakan tempat yang biasa untuk melaksanakan hukuman. Jika saja Dia memiliki rumah sendiri di Yerusalem, mungkin mereka akan menyalibkan-Nya di depan rumah itu, untuk semakin mempermalukan Dia. Tetapi kini Tuhan Yesus dikorbankan demi keadilan Allah di tempat yang biasanya dipakai untuk mengorbankan para penjahat demi keadilan pemerintah. Menurut sebagian orang, tempat itu dinamakan Tempat Tengkorak, karena merupakan tempat penyimpanan mayat, di mana tulang belulang ditempatkan secara terpisah sehingga orang-orang tidak akan menyentuhnya dan menjadi najis karenanya. Di tempat itulah piala-piala kemenangan maut atas banyak keturunan manusia tergeletak, dan ketika Kristus mengalahkan maut itu dengan cara menyerahkan nyawa-Nya, semua piala ini beralih ke tangan-Nya, karena Dia telah mengalahkan kematian di atas semua kehinaan ini.
- . Di sanalah mereka menyalibkan Dia (ay. 35), memakukan tangan dan kaki-Nya pada kayu salib, kemudian mendirikan salib itu dan membiarkan tubuh-Nya tergantung di sana, karena memang demikianlah cara bangsa Romawi melakukan penyaliban. Biarlah hati kita tersentuh oleh sengatan rasa sakit yang saat itu harus diderita oleh Juruselamat kita yang terkasih, dan biarlah kita berduka ketika memandang Dia yang sedang disiksa itu. Adakah kesengsaraan yang lebih dahsyat daripada itu? Saat kita mengingat cara kematian-Nya yang menyedihkan, biarlah kita juga diingatkan akan kasih-Nya yang amat besar untuk kita.
- II. Perlakuan mereka yang biadab dan kejam terhadap-Nya, di mana akal dan kedengkian mereka berlomba-lomba menjadi yang terunggul. Mereka terus berusaha menambah kepahitan dan kengerian dalam proses kematian-Nya, seakan-akan mati dengan cara sekejam itu pun belum cukup memuaskan mereka.
- Mereka melakukan hal itu:
- . Dengan minuman yang mereka sediakan bagi Dia sebelum Dia disalibkan (ay. 34). Sudah menjadi kebiasaan untuk memberikan sebuah cawan berisi anggur yang dicampur dengan rempah-rempah untuk mereka yang akan dihukum mati, sesuai dengan arahan Salomo (Ams. 31:6, 7), berikanlah minuman keras itu kepada orang yang akan binasa. Tetapi, cawan anggur yang diberikan kepada Kristus dicampur dengan cuka dan empedu, supaya rasanya asam dan pahit.
- Hal ini melambangkan:
- (1) Dosa manusia, yang merupakan akar kepahitan yang menghasilkan racun atau ipuh (Ul. 29:18). Orang berdosa mungkin menyembunyikannya di bawah lidahnya seperti makanan yang manis, tetapi bagi Tuhan, itu adalah buah anggur yang beracun (Ul. 32:32). Demikian pula bagi Tuhan Yesus saat Dia menanggung dosa kita. Cepat atau lambat, hal itu pun akan menimpa di pendosa itu sendiri, yaitu sesuatu yang lebih pahit dari pada maut (Pkh. 7:26).
- (2) Murka Allah, yaitu cawan yang telah ditaruh Bapa pada tangan-Nya, cawan yang pahit seperti air pahit yang mendatangkan kutuk (Bil. 5:18). Minuman seperti itulah yang mereka suguhkan kepada-Nya, seperti yang telah dinubuatkan sebelumnya (Mzm. 69:22).
- Dan:
- [1] Dia mengecap rasa yang sangat tidak enak itu. Dia menyesapnya dengan mulut-Nya, tidak membiarkan cawan pahit itu lalu dari-Nya, saat Dia melakukan penebusan dosa yang timbul karena kita telah mengecap buah terlarang. Kini Dia harus mengecap maut dengan segenap kepahitannya.
- [2] Ia tidak mau meminumnya, karena Ia tidak mau minuman itu mempengaruhi-Nya, menjadi minuman yang dapat mengurangi rasa sakit yang sedang menimpa-Nya, supaya Dia bisa mati dan merasakan-Nya sendiri, karena memang itulah tugas-Nya sebagai Imam Agung, yaitu untuk menderita.
- . Dengan membagi-bagi pakaian-Nya (ay. 35). Saat mereka memakukan tubuh-Nya di atas salib, mereka juga melucuti pakaian-Nya, setidaknya pakaian bagian atas-Nya, sebab kita pun telah dilucuti oleh dosa supaya menjadi malu, dan dengan demikian Ia telah membeli jubah putih untuk menutupi ketelanjangan kita. Jadi, jika suatu saat kita pun dilucuti dari segala kenyamanan kita bagi Kristus, biarlah kita menanggungnya dengan sabar, sebab Dia juga telah dilucuti bagi kita. Musuh mungkin dapat melucuti pakaian kita, tetapi mereka tidak dapat melucuti penghiburan terbesar yang kita miliki. Mereka tidak bisa mengambil kain sukacita kita. Pakaian orang yang terhukum diperhitungkan sebagai imbalan bagi mereka yang bertugas menghukumnya, dan setiap dari empat tentara itu harus mendapatkan bagiannya. Akan tetapi, pakaian bagian atas Kristus tidak akan bermanfaat jika dibagi-bagi, sehingga mereka setuju untuk membuang undi atasnya.
- (1) Sebagian orang berpikir bahwa pakaian itu begitu bagus dan mahal sehingga layak untuk diperebutkan, tetapi hal itu tidak sesuai dengan kemiskinan yang dialami Kristus.
- (2) Atau mungkin mereka telah mendengar tentang orang-orang yang telah disembuhkan dengan hanya menyentuh ujung jubah-Nya, dan mereka pikir jubah itu bernilai karena kekuatan gaib yang terkandung di dalamnya. Atau,
- (3) Mereka berharap bisa menghasilkan uang dengan menjual jubah itu kepada teman-teman Kristus yang akan menganggapnya sebagai peninggalan keramat. Atau,
- (4) Mereka masih ingin mengejek-ejek-Nya dengan bertindak seolah-olah jubah itu adalah pakaian kebesaran seorang raja. Atau juga,
- (5) Hanya sebagai selingan untuk sekadar menghibur mereka sementara mereka menunggu saat kematian-Nya tiba. Akan tetapi, apa pun maksud mereka, firman Allah menjadi tergenapi. Dalam sebuah mazmur yang terkenal, perkataan pertama mengenai bagaimana Kristus dicemooh di atas salib adalah sebagai berikut, mereka membagi-bagi pakaianku di antara mereka, dan mereka membuang undi atas jubahku (Mzm. 22:19). Hal ini tidak pernah terjadi pada Daud, melainkan mengacu kepada Kristus, yang dibicarakan oleh Daud melalui rohnya. Dengan demikian, sesungguhnya hal itu bukanlah penghinaan terhadap-Nya sebab telah terbukti merupakan sesuatu yang terjadi sesuai dengan hikmat dan pengetahuan Allah. Kristus merelakan diri-Nya dilucuti dari kemuliaan-Nya supaya kemuliaan-Nya itu dapat dibagi-bagikan di antara kita.
- Lalu mereka duduk di situ menjaga Dia. Tidak diragukan lagi, para imam kepalalah yang mengatur semua penjagaan ini, untuk berjaga-jaga kalau-kalau orang banyak yang mereka takuti itu akan bangkit dan menyelamatkan Dia. Tetapi hal itu juga telah ditetapkan oleh Sang Pemelihara, sehingga mereka yang diperintahkan untuk menjaga Dia dapat menjadi saksi yang sungguh istimewa mengenai Dia, karena mereka memiliki kesempatan untuk melihat dan mendengar segala sesuatu yang membuat mereka mengeluarkan pengakuan yang mulia itu (ay. 54), Sungguh, Ia ini adalah Anak Allah.
- . Dengan julukan yang mereka pasang di atas kepala-Nya (ay. 37). Untuk mengumandangkan keadilan umum dan mempermalukan penjahat yang dihukum, biasanya mereka bukan hanya menyerukan kejahatan yang dilakukan sang terdakwa, tetapi juga menuliskannya di atas kepala mereka supaya semua orang tahu kejahatan apa yang telah dilakukan oleh penjahat itu. Oleh sebab itu, mereka pun memasang tulisan tentang tuduhan yang mereka jatuhkan kepada-Nya, untuk memberi tahu orang banyak tentang dakwaan yang dituduhkan terhadap Dia, yaitu Inilah Yesus Raja orang Yahudi. Mereka memaksudkan hal itu sebagai penghinaan terhadap Dia, tetapi Allah membalikkannya, sehingga hal itu justru menjadi sebuah kehormatan bagi-Nya, sebab:
- (1) Di sana tidak dituduhkan suatu tindak kejahatan apa pun terhadap Dia. Tidak dikatakan bahwa Dia seorang Juruselamat gadungan, atau seorang Raja gadungan (Yoh. 19:21), walaupun mereka berpikir demikian. Tetapi yang ditulis adalah Inilah Yesus, Sang Juruselamat. Jelas, tidak ada unsur tindak kejahatan di sini. Dan, Inilah Raja orang Yahudi, juga jelas bukan merupakan suatu kejahatan. Mereka berharap Sang Mesias akan dituduh demikian, tetapi justru musuh-musuh-Nya sendiri berdiri menjadi hakim bagi Dia dan berkata, "Dia tidak melakukan kejahatan apa pun."
- (2) Sebuah kebenaran agung mengenai diri-Nya dinyatakan di sana, yaitu bahwa Dia adalah Yesus Raja orang Yahudi, raja yang dinanti-nantikan oleh bangsa Yahudi, dan yang seharusnya disembah oleh mereka, sehingga tuduhan atas-Nya justru mendukung bahwa Dia benar Mesias dan Juruselamat dunia. Seperti Bileam yang diutus untuk mengutuk bangsa Israel tetapi malah memberkati mereka sampai tiga kali (Bil. 24:10), demikianlah yang dilakukan Pilatus, bukannya menuduh Kristus sebagai penjahat, dia malah menyatakan-Nya sebagai Raja, bahkan sampai tiga kali, dalam tiga jenis tulisan. Dengan begitu Allah memakai manusia untuk melaksanakan tujuan-Nya, terlepas dari maksud mereka yang sebenarnya.
- . Dengan orang-orang yang menemani-Nya dalam penderitaan (ay. 38). Ada dua orang penyamun yang disalibkan bersama Dia pada saat yang sama, di tempat yang sama dan di bawah penjagaan yang sama. Mereka ini dua orang perampok jalanan. Mungkin saja hari itu telah ditentukan sebagai hari pelaksanaan hukuman, dan karena itu mereka cepat-cepat melakukan putusan hukuman terhadap Kristus pada pagi hari supaya bisa siap melangsungkan hukuman-Nya bersama penjahat-penjahat yang lain. Beberapa orang berpendapat bahwa itu merupakan perintah Pilatus untuk berusaha membuat ketidakadilannya dalam menghukum Kristus menjadi impas dengan cara mengadili para penyamun itu setimpal dengan perbuatan mereka. Sebagian orang lagi percaya bahwa hal itu memang dilakukan oleh orang Yahudi untuk menambah hinaan dalam penderitaan Tuhan kita Yesus. Apa pun yang terjadi, firman Allah telah digenapi di sini, yaitu bahwa Ia terhitung di antara pemberontak-pemberontak (Yes. 53:12).
- (1) Disalibkan bersama-sama dengan mereka merupakan suatu penghinaan bagi Dia. Meskipun semasa hidup-Nya Ia terpisah dari orang-orang berdosa, tetapi dalam kematian mereka tidak terbagi-bagi, malah Dia harus ikut merasakan bencana yang menimpa mereka, seakan-akan Dia juga telah ambil bagian dalam dosa mereka, sebab Dia telah dijadikan dosa bagi kita, dan harus menanggung yang serupa dengan daging yang dikuasai dosa. Dalam kematian-Nya, Dia memang terhitung di antara pemberontak-pemberontak, dan ditempatkan bersama dengan orang-orang fasik, supaya waktu kita mati, kita juga terhitung di antara orang-orang kudus, dan mendapat tempat di antara mereka yang terpilih.
- (2) Dia semakin dihina dengan disalibkan di tengah-tengah, di antara mereka, seakan-akan Dia adalah yang terjahat di antara mereka bertiga, si penjahat utama, sebab bila ada tiga orang, biasanya yang berada di tengahlah yang menjadi pemimpin. Setiap keadaan ditujukan untuk merendahkan Dia, seolah-olah Sang Juruselamat Agung adalah seorang pendosa terbesar di antara mereka. Hal itu juga dimaksudkan untuk merongrong dan melemahkan Dia pada detik-detik terakhir hidupnya, dengan jeritan, erangan, dan hujatan yang diteriakkan oleh para penjahat itu, yang kemungkinan besar mengeluarkan suara-suara mengerikan saat tubuh mereka dipakukan di kayu salib. Akan tetapi, dengan demikian Kristus merasakan sendiri kesengsaraan orang-orang berdosa saat Ia menderita bagi keselamatan mereka. Beberapa murid Kristus juga ada yang disalibkan setelah itu, yaitu Petrus dan Andreas, tetapi tidak ada satu pun dari murid-Nya yang disalibkan bersama-sama Dia, sebab jika demikian, kelihatannya mereka menanggung dosa manusia bersama-sama, dan bekerja sama untuk menebus kehidupan dan kemuliaan bagi umat manusia. Itulah sebabnya mengapa Dia disalibkan di antara dua penyamun yang tidak bisa menambah kemuliaan dalam kematian-Nya, karena hanya Dia saja yang menanggung dosa kita dalam tubuh-Nya sendiri.
- . Dengan hujatan dan cercaan yang terus mereka lontarkan kepada-Nya saat Dia tergantung di atas kayu salib, padahal tidak tertulis bahwa mereka melakukan hal yang sama terhadap kedua penyamun yang disalibkan bersama-sama dengan Dia. Kita bisa berpikir, setelah mereka menyalibkan Dia, kedengkian mereka akan berakhir karena mereka telah melakukan hal yang terburuk terhadap-Nya. Memang, jika seorang penjahat dipermalukan di tiang penghukuman atau diarak dengan kereta, mereka biasanya akan diolok-olok, karena hukuman mereka lebih ringan daripada hukuman mati. Akan tetapi, orang yang sedang menghadapi maut, betapapun jahatnya ia, harus diperlakukan dengan penuh belas kasihan. Jadi, dendam para imam ini benar-benar sebuah dendam kesumat, sehingga kematian yang begitu ngeri seperti itu pun tidaklah terpuaskan. Untuk melengkapi penghinaan terhadap Tuhan Yesus, dan untuk menunjukkan bahwa Dia mati untuk membayar kesalahan-kesalahan kita, maka Dia pun dihujani dengan penghinaan, dan tidak ada seorang pun dari kawan-kawan-Nya, yang sebelumnya meneriakkan hosana untuk-Nya, terlihat di sana untuk menunjukkan rasa hormat mereka kepada-Nya.
- (1) Masyarakat umum, yang lewat di sana, menghujat Dia. Kesengsaraan-Nya yang luar biasa, serta kesabaran yang ditunjukkan-Nya dalam menanggung semua itu tidak meluluhkan hati mereka, atau membuat mereka melunak terhadap Dia. Mereka, yang meneriakkan penghukuman atas-Nya, kini merasa telah membenarkan diri mereka atas tindakan tersebut dengan cara menghina Dia, seakan-akan mereka sudah melakukan sesuatu yang baik dengan menghukum Dia. Mereka mencerca-Nya: eblasphemoun -- mereka menghujat Dia. Berkata-kata jahat mengenai Dia yang tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan memang merupakan suatu hujatan besar.
- Perhatikanlah di sini:
- [1] Orang-orang yang menghujat Dia, yaitu mereka yang lewat di sana, para pengembara yang melewati jalan besar yang membentang dari Yerusalem sampai ke Gibeon. Mereka dirasuki oleh prasangka terhadap Dia sebagai akibat kericuhan dan berita yang disebarkan oleh antek-antek Imam Besar. Memang kalau orang sudah diserang dan dijelek-jelekkan di mana-mana, sulit sekali untuk tidak memikirkan hal-hal yang buruk mengenai orang tersebut. Orang cenderung mengikuti pendapat kebanyakan orang, dan ikut melempari orang yang namanya dicemarkan itu. Turba Remi sequitur fortunam semper et odit damnatos -- kerumunan orang Romawi suka mempermainkan seseorang yang nasibnya tidak menentu, dan mereka tidak pernah gagal menindas orang yang sedang tenggelam. [Juvenal; penyair Romawi yang hidup pada abad pertama -- pen.]
- [2] Gerakan tubuh yang mereka pakai untuk menunjukkan rasa jijik mereka terhadap Dia -- menggeleng-gelengkan kepala, yang menunjukkan kemenangan mereka dengan kejatuhan-Nya itu dan menyatakan penghinaan mereka terhadap-Nya (Yes. 37:22; Yer. 18:16; Rat. 2:15). Ini sama saja dengan mengatakan, "Syukur, itulah keinginan kami" (Mzm. 35:25). Dengan begitu, mereka menghina Dia yang merupakan Juruselamat negeri mereka, seperti orang Filistin menghina Samson yang menghancurkan negeri mereka. Gerak tubuh seperti itu dinubuatkan dalam Mazmur 22:8, mereka menggelengkan kepalanya terhadap-Ku, dan juga dalam Mazmur 109:25.
- [3] Cemoohan dan olok-olok yang mereka lontarkan. Inilah yang tercatat di sini.
- Pertama, mereka mengungkit-ungkit tentang perubuhan Bait Suci. Meskipun para hakim sendiri merasa bahwa apa yang telah Dia katakan itu sudah diputarbalikkan (seperti dapat dilihat dalam Mrk. 14:59), mereka tetap saja dengan berapi-api menyebarkan kabar itu di antara orang-orang, untuk menumbuhkan benih kebencian terhadap-Nya, bahwa Dia berencana untuk merubuhkan Bait Suci, dan tidak ada hal lain yang bisa mengobarkan amarah orang-orang terhadap Dia selain dari pernyataan tersebut. Usaha musuh Kristus untuk membuat orang percaya bahwa agama dan umat Allah itu palsu tidaklah terjadi sekali itu saja. Mereka juga memancing orang untuk percaya dengan tuduhan yang tidak benar ini, "Hai Engkau yang mau merubuhkan Bait Suci, bangunan yang besar dan kuat itu, coba perlihatkan kekuatan-Mu, angkat keluar kayu salib itu, cabut paku-paku itu, dan selamatkanlah diri-Mu. Jika Engkau memiliki kuasa seperti yang kau bualkan itu, inilah saat yang tepat untuk mempertontonkan dan membuktikannya, karena setiap orang pasti akan berbuat semampunya untuk menyelamatkan dirinya sendiri." Hal ini menjadikan salib Kristus sebagai batu sandungan bagi bangsa Yahudi, karena mereka menganggapnya tidak sesuai dengan kuasa yang seharusnya dimiliki oleh Mesias. Dia disalibkan oleh karena kelemahan (2Kor. 13:4), begitulah yang tampak bagi mereka. Mereka tidak sadar bahwa penyaliban Kristus itu sesungguhnya justru terjadi oleh kuasa Allah.
- Kedua, mereka mengungkit-ungkit pernyataan-Nya sebagai Anak Allah. "Jikalau memang benar," kata mereka, "turunlah dari salib itu!" Kini mereka pun memakai kata yang keluar dari mulut Iblis saat dia mencobai Kristus di padang gurun (4:3, 6), dan menyerang-Nya dengan perkataan yang sama, "Jikalau Engkau Anak Allah." Mereka pikir, inilah saatnya Dia harus membuktikan diri-Nya sebagai Anak Allah, atau tidak akan ada kesempatan lagi selamanya. Mereka lupa bahwa Dia telah membuktikannya dengan banyak mujizat yang Dia buat, terutama dengan membangkitkan orang mati. Mereka tidak mau menunggu bukti lengkapnya, yaitu kebangkitan-Nya sendiri, yang telah sering dikatakan-Nya kepada mereka. Jika saja mereka mau mengerti dan menerima kebenaran ini, mereka akan mengerti penderitaan salib ini. Hal seperti ini terjadi karena biasanya kita selalu menghakimi sesuatu hanya berdasarkan keadaannya pada saat ini tanpa mempertimbangkan keadaannya pada masa lalu dan tanpa kesabaran untuk menunggu apa yang bisa terjadi di masa depan.
- (2) Imam-imam kepala bersama-sama ahli-ahli Taurat, para penguasa gereja, tua-tua, dan para penguasa negara, mengolok-olok Dia (ay. 41). Tidak puas dengan mengajak gerombolan orang ikut menghina Kristus, mereka sendiri juga melakukannya, dan bersenang-senang dengan perbuatan mereka itu. Padahal, mereka seharusnya ada di Bait Suci untuk beribadah, karena hari itu adalah hari pertama hari raya Roti Tidak Beragi, saat pertemuan kudus harus diadakan (Im. 23:7). Akan tetapi, mereka malah ada di tempat penghukuman, menyemburkan racun berbisa mereka kepada Tuhan Yesus. Betapa rendahnya tabiat mereka ini, sangat bertentangan dengan kebesaran dan martabat yang seharusnya mereka miliki! Tidak ada lagi yang lebih hina dan rendah daripada tindakan mereka di hadapan seluruh rakyat ini. Orang pasti mengharapkan bahwa sekalipun mereka tidak takut akan Allah dan tidak menghormati manusia, setidaknya sopan santun seharusnya mengajari mereka yang telah mengotori tangan mereka dengan kematian Kristus itu untuk tetap bersembunyi di belakang layar, atau paling tidak, berusaha untuk tidak terlalu terlihat di depan umum. Namun, memang tidak ada hal yang terlalu jahat untuk dilakukan bila kedengkian sudah melekat. Mereka benar-benar telah merendahkan derajat mereka sendiri dengan mencela Kristus seperti itu. Jadi, kalau mereka mau berbuat demikian, kita sendiri pun seharusnya harus berani merendahkan derajat kita, bukan untuk menghina Dia, tetapi untuk menghormati Dia, dengan menggabungkan diri dengan orang banyak itu, dan berkata kalau tindakan ini tampaknya hina, maka aku mau berbuat lebih dari itu lagi untuk membuat diriku hina."
- Dua hal yang dipakai para imam dan tua-tua untuk mencela Kristus adalah:
- [1] Bahwa Dia tidak bisa menyelamatkan diri-Nya (ay. 42).
- Sebelumnya, Ia telah dilecehkan dalam jabatan-Nya sebagai nabi dan raja, dan kini dalam tugas imamat-Nya sebagai Juruselamat.
- Pertama, mereka langsung percaya bahwa, karena Dia tidak bisa menyelamatkan diri-Nya, itu berarti Dia tidak punya kuasa seperti yang Ia nyatakan. Padahal Dia mengaku hendak menyelamatkan kita. Sebelum mengambil kesimpulan demikian, seharusnya mereka menimbang-nimbang terlebih dahulu, "Kalau Dia sudah menyelamatkan orang lain, pastilah Dia juga dapat menyelamatkan diri-Nya sendiri. Namun, jika Ia tidak menyelamatkan diri-Nya sendiri, pastilah ada alasan kuat untuk itu." Namun,
- Kedua, karena Dia kini tidak menyelamatkan diri sendiri, mereka mengartikan bahwa semua tindakan penyelamatan yang Dia lakukan terhadap orang lain itu sebenarnya hanyalah suatu tipuan saja, dan tidak pernah benar-benar terjadi. Mereka tetap beranggapan demikian meskipun kebenaran mujizat-Nya telah dinyatakan dengan begitu jelas tak terbantahkan.
- Ketiga, mereka mencela Dia karena menyatakan diri sebagai Raja Israel. Mereka mengidam-idamkan bahwa segala kebesaran dan kuasa seharusnya ada pada Mesias. Karena itu, bagi mereka, salib itu tidak pantas ditanggung oleh Raja Israel dan tidak cocok dengan status Sang Raja. Pikir mereka, banyak orang akan menerima-Nya sebagai Raja Israel hanya jika Dia bisa turun dari salib-Nya, hanya jika Kerajaan-Nya, yang akan mereka masuki itu, berdiri tanpa kesukaran. Tetapi, segalanya sudah diputuskan. Jika tidak ada salib, maka tidak akan ada Kristus, tidak akan ada mahkota. Mereka yang akan memerintah bersama-sama dengan Dia harus bersedia juga untuk menderita bersama Dia, karena Kristus dan salib-Nya dipakukan bersama-sama di dunia ini.
- Keempat, mereka menantang-Nya untuk turun dari salib itu. Seandainya hal itu sampai terjadi, apa jadinya kita? Apa jadinya dengan penebusan dan keselamatan kita? Jika saja Dia terbawa emosi oleh hinaan mereka, lalu turun dari salib itu dan menelantarkan tugas-Nya, maka kita akan binasa selama-lamanya. Tetapi, kebulatan hati dan kasih-Nya yang tidak tergoyahkan itu membuat Dia tetap bertahan di sana, serta membentengi Dia dari segala cobaan, sehingga Dia tidak menyerah ataupun menjadi tawar hati.
- Kelima, mereka berjanji untuk percaya kepada-Nya jika Dia mau turun dari salib itu. Mereka akan mengakui-Nya sebagai Mesias jika Dia memberi bukti seperti yang mereka inginkan. Dulu, ketika mereka meminta tanda dari-Nya, Dia memberi tahu mereka bahwa tanda yang akan Dia berikan bukanlah turunnya Dia dari salib, melainkan tanda yang menunjukkan kuasa-Nya yang lebih besar lagi, yaitu kebangkitan-Nya dari kubur. Dan mereka tidak sabar menantikan tanda ini selama dua atau tiga hari lagi. Jika saja Dia turun dari salib itu, pasti mereka berdalih bahwa para tentara kurang kuat memakukan tubuh-Nya, seperti halnya yang mereka katakan sewaktu Dia dibangkitkan dari antara orang mati, bahwa murid-murid-Nya datang pada malam hari dan mencuri mayat-Nya. Jika kita berjanji bahwa kita hanya akan percaya kalau keinginan dan tuntutan kita dikabulkan, dan bukannya mengikuti apa yang telah ditetapkan Allah, maka ini jelas-jelas menunjukkan betapa berbohongnya hati kita. Dan bukan itu saja, ini sungguh memperlihatkan bahwa kita sebenarnya sedang berusaha menutup-nutupi diri dari kedegilan hati kita, dan ini sebenarnya justru akan membinasakan diri kita sendiri.
- [2] Bahwa Allah, Bapa-Nya, tidak mau menyelamatkan Dia (ay. 43). Ia menaruh harapan-Nya pada Allah, atau menurut mereka, Dia hanya berpura-pura demikian, karena Ia telah berkata, "Aku adalah Anak Allah." Mereka yang memanggil Allah sebagai Bapa dan menyebut diri mereka sendiri sebagai anak-anak-Nya, berarti mengaku percaya pada-Nya (Mzm. 9:11). Kini mereka menganggap bahwa Dia telah mengelabui diri-Nya sendiri serta orang lain dengan mengaku-ngaku diri sebagai kesayangan sorga, karena jika benar Dia Anak Allah (ini seperti yang dilakukan teman-teman Ayub terhadap dia), pastilah Dia tidak akan dibiarkan untuk menderita seperti itu, apalagi dibiarkan sendirian di dalam penderitaan-Nya itu. Pikiran mereka ini bagaikan tikaman maut ke dalam tulang-Nya, seperti yang pernah dikeluhkan Daud (Mzm. 42:11). Pedang yang menikam-Nya itu bermata dua, karena dimaksudkan:
- Pertama, untuk memfitnah-Nya dan membuat semua orang yang melihat-Nya berpikir bahwa Dia tidak lain adalah seorang penipu dan penyesat, seakan-akan pernyataan-Nya sebagai Anak Allah itu sama sekali tidak dapat dibuktikan kebenarannya.
- Kedua, untuk menggoyahkan dan membuat Dia merasa putus asa dan kehilangan kepercayaan-Nya akan kuasa dan kasih Allah, yang dianggap sebagian orang sebagai sesuatu yang Dia takuti secara rohani, dan yang Dia doakan supaya tidak pernah terjadi, supaya Dia kiranya dibebaskan dari perasaan itu (Ibr. 5:7). Daud lebih banyak mengeluhkan tentang upaya para musuhnya dalam menggoyahkan imannya dan melunturkan harapannya pada Allah, daripada usaha mereka dalam menggoncangkan takhtanya dan menggusur dia dari kerajaannya. Mereka berkata, "Baginya tidak ada pertolongan dari pada Allah (Mzm. 3:3), dan Allah telah meninggalkan dia (Mzm. 71:11)." Dalam hal ini, seperti juga dalam banyak hal lainnya, Daud sungguh melambangkan Kristus. Bahkan, kata-kata Daud sendiri yang merupakan nubuat masyhur mengenai Kristus menyebutkan, sebagaimana dikatakan oleh musuh-musuh-Nya (Mzm. 22:9), Ia menyerah kepada TUHAN; biarlah Dia yang meluputkannya, biarlah Dia yang melepaskannya! Pastilah para imam dan tua-tua ini telah melupakan orang yang menubuatkan itu, sebab kalau tidak, mereka pasti tidak akan memakai kata-kata yang begitu sama dengan tanda dan nubuat tersebut. Namun, firman Allah memang harus digenapi.
- (3) Untuk melengkapi penghinaan mereka terhadap Dia, penyamun-penyamun yang disalibkan bersama-sama dengan Dia tidak dinista seperti Kristus, seakan-akan mereka seperti orang-orang kudus bila dibandingkan dengan Dia. Bahkan, sekalipun mereka sama-sama harus menderita, salah satu di antara mereka malah melakukan hal yang sama dengan para pendakwa-Nya, yaitu mencela-Nya demikian juga, dengan berkata, "Bukankah Engkau adalah Kristus? Selamatkanlah diri-Mu dan kami!" (Luk. 23:39). Kita pasti sependapat bahwa penyamun yang satu ini tidak boleh bertindak demikian; seharusnya ia menahan hati untuk mencela Kristus. Teman sepenanggungan dalam penderitaan, meskipun karena hal berbeda, biasanya saling mengasihani. Hanya segelintir orang yang akan menghina orang lain di saat-saat terakhir mereka, seburuk apa pun perbuatan yang telah mereka lakukan. Jadi, penyiksaan tubuh yang hebat dan teguran yang paling lembut sekalipun, yang selalu disediakan Allah bagi manusia, tampaknya tidak dengan sendirinya bisa langsung mematikan kebusukan jiwa atau menekan kejahatan orang fasik, tanpa campur tangan anugerah Allah.
- Nah, itulah yang telah dialami Tuhan kita Yesus untuk memenuhi syarat keadilan yang dikehendaki Allah atas kesalahan manusia yang telah menghina Dia dengan dosa mereka. Kristus mengalami semua ini dengan mengorbankan kehormatan-Nya. Bukan saja Ia membiarkan diri-Nya dilucuti keberadaan-Nya sebagai Anak Allah, tetapi juga dengan menyerahkan diri pada kenistaan yang paling hina yang hanya bisa dialami oleh manusia yang sangat luar biasa jahatnya. Karena Dia dijadikan dosa bagi kita, maka Dia juga dijadikan kutuk bagi kita, supaya jika kita dihina dan difitnah dengan tuduhan palsu, penderitaan kita menjadi ringan untuk ditanggung.
- III. Di sini diceritakan tentang bagaimana sorga memalingkan muka dari-Nya saat Ia sedang dihujani siksaan dan hinaan dari manusia.
- Mengenai hal ini, perhatikanlah:
- . Bagaimana hal tersebut ditunjukkan, yaitu dengan adanya gerhana matahari yang mengherankan dan tidak biasanya terjadi, yang berlangsung sampai tiga jam (ay. 45). Ada kegelapan yang epi pasan ten gen -- menyelimuti seluruh bumi, begitulah pemahaman kebanyakan penerjemah, sekalipun terjemahan kita membatasinya dengan hanya mengatakan seluruh daerah itu. Sehubungan dengan berbagai peristiwa sejarah yang terjadi pada bangsa ini, beberapa penulis kuno mencatat bahwa gerhana luar biasa pada saat kematian Kristus ini merupakan suatu kejadian yang diketahui orang dengan baik dan bahwa orang memperhatikan ada sesuatu yang hebat sedang terjadi di situ, seperti halnya matahari yang berjalan mundur pada zaman Hizkia. Dilaporkan bahwa Dionisius yang berada di kota Heliopolis, Mesir, juga memperhatikan kegelapan ini dan berkata, "Aut Deus naturæ patitur, aut mundi machina dissolvitur -- Entah Allah alam semesta sedang menderita, atau mesin dunia sedang jatuh dalam kehancuran." Terang yang luar biasa menandai kelahiran Kristus (2:2), jadi wajar saja kalau kege lapan yang luar biasa juga menandai kematian-Nya, karena Dia adalah Terang dunia. Penghinaan yang diperbuat terhadap Tuhan kita Yesus mencengangkan sorga dan membuatnya ketakutan, bahkan menimbulkan kekacauan dan kebingungan. Kejahatan seperti itu belum pernah dilihat matahari sebelumnya, sehingga matahari pun menarik diri karena tidak tega melihatnya. Kegelapan yang mengejutkan dan menakjubkan ini dimaksudkan untuk membungkam mulut para penghujat yang terus menista Kristus selagi tubuh-Nya tergantung di atas kayu salib. Sepertinya, kejadian ini membuat mereka merasa ngeri pada saat itu, sebab sekalipun hati mereka tidak mau berubah, mereka jadi berdiam diri, sambil bertanya-tanya apa arti semuanya ini. Tetapi, setelah kegelapan itu mereda tiga jam kemudian, mereka pun mengeraskan hati lagi (seperti dapat dilihat di ay. 47), seperti Firaun sewaktu tulah berhenti menyerang.
- Namun, kegelapan itu terutama berarti:
- (1) Pergumulan Kristus melawan kuasa kegelapan yang sedang berlangsung saat itu. Kini, penguasa dunia dan sekutunya, yaitu kuasa gelap di dunia ini, akan segera dilemparkan, ditaklukkan, dan dihancurkan. Untuk membuat kemenangan-Nya lebih bercahaya, Dia memerangi mereka di daerah mereka sendiri, memberi mereka keuntungan yang dapat mereka pakai untuk melawan-Nya dalam kegelapan itu. Sekalipun mereka mengambil angin dan matahari, Dia tetap mampu menggagalkan maksud mereka, dan menjadi lebih dari seorang pemenang.
- (2) Ketiadaan penghiburan sorga bagi Dia. Kegelapan ini menunjukkan awan hitam yang kini tengah menggelayuti jiwa manusiawi Tuhan kita Yesus. Allah membuat matahari bersinar menerangi orang benar dan orang fasik, tetapi kini bahkan cahaya matahari pun ditahan dari Juruselamat kita, sewaktu Dia dijadikan dosa bagi kita. Memandang matahari adalah hal yang menyenangkan mata, tetapi karena kini jiwa-Nya sangat merana, dan cawan murka ilahi dijejalkan kepada-Nya, cahaya matahari pun menjadi terhalang. Saat bumi tidak memberi-Nya setetes air segar, sorga pun enggan memberikan-Nya secercah cahaya. Untuk menyelamatkan kita dari kegelapan yang luar biasa, Dia sendiri melakukan-Nya, tergenang dalam penderitaan-Nya, berjalan dalam kegelapan tanpa cahaya (Yes. 50:10). Selama tiga jam berlangsungnya kegelapan itu, Dia tidak mengeluarkan sepatah kata pun, tetapi menjalani semua itu dalam keheningan jiwa-Nya yang kini sedang merana, bergumul dengan kuasa kegelapan, menerima murka Allah yang ditujukan bukan terhadap diri-Nya, melainkan terhadap dosa manusia yang kini sedang menjadikan jiwa-Nya sebagai korban persembahan. Sejak Allah menciptakan manusia di dunia ini, belum pernah ada tiga jam seperti saat itu, tidak pernah ada pemandangan yang sedemikian kelam dan mengerikan. Betapa gentingnya peristiwa akbar itu, untuk menebus dan menyelamatkan umat manusia.
- . Bagaimana Dia mengerang (ay. 46). Setelah kira-kira delapan jam berlalu dan langit mulai bercahaya lagi, sesudah pergumulan panjang dan hening, Yesus berseru, "Eli, Eli, lama sabakhtani?" Kata-kata ini masih disalin dalam bahasa aslinya, yaitu bahasa Siria, dan karena sangat berharga untuk diperhatikan, dan juga demi mencegah tindakan pembelokan arti yang dilakukan musuh-musuh-Nya, yang mengganti Eli dengan Elia.
- Nah, perhatikanlah di sini:
- (1) Dari mana Dia mengambil keluhan itu, yaitu dari Mazmur 22:2. Mungkin Ia tidak mengulangi keseluruhan mazmur itu (seperti yang dipikirkan beberapa orang). Namun demikian, dengan ucapan-Nya ini Ia menunjukkan bahwa keseluruhan mazmur itu benar-benar terjadi pada diri-Nya, dan bahwa Daud, dalam rohnya, sungguh berbicara mengenai bagaimana Ia direndahkan dan ditinggikan. Perkataan ini, serta perkataan ke dalam tangan-Mulah Kuserahkan nyawa-Ku, diambil-Nya dari mazmur-mazmur Daud (sekalipun Dia juga mampu mengeluarkan perasaan-Nya dengan kata-kata-Nya sendiri), untuk mengajarkan kepada kita tentang kegunaan firman Allah bagi kita, yaitu untuk membimbing kita dalam doa, dan untuk mendorong kita supaya memakai ungkapan-ungkapan firman dalam doa kita, yang akan membantu kita dalam kelemahan kita.
- (2) Bagaimana Dia mengatakannya -- dengan suara nyaring, yang menandakan kesakitan dan kesedihan-Nya yang luar biasa, dan menunjukkan sisa kekuatan-Nya serta kesungguhan roh-Nya sewaktu menyerukan hal itu. Kini firman Allah pun digenapi (Yl. 3:15-16), Matahari dan bulan menjadi gelap, dan bintang-bintang menghilangkan cahayanya. TUHAN mengaum dari Sion, dari Yerusalem Ia memperdengarkan suara-Nya. Daud juga sering berdoa dengan suara nyaring (Mzm. 55:18).
- (3) Apa yang dikeluhkan-Nya. Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku? Memang mengherankan mendengar Tuhan Yesus mengeluh seperti itu, terutama karena kita percaya bahwa Dia adalah orang pilihan Allah, yang kepadanya Allah berkenan (Yes. 42:1), dan seseorang yang selalu menyenangkan hati Allah. Bapa mengasihi-Nya, dan Yesus pun tahu bahwa Bapa mengasihi-Nya, karena Dia memberikan nyawa-Nya bagi domba-domba-Nya. Tetapi, Bapa kini meninggalkan-Nya, dan itu terjadi saat Dia tengah menderita! Tidak pernah ada duka yang sedalam ini, yang memaksa sebuah erangan sedih keluar dari seseorang yang tidak pernah berbuat dosa sama sekali, sehingga meskipun Dia tidak perlu merasa gentar, hati-Nya tetap dapat merasakan kepahitan yang dalam itu. Maka tidaklah mengherankan jika erangan seperti itu dapat mengguncangkan bumi dan membelah bukit-bukit batu, sebab suara itu mampu memekakkan telinga setiap orang yang mendengarnya, dan harus dibicarakan dengan penuh rasa hormat.
- Perhatikan:
- [1] Tuhan kita Yesus ditinggalkan oleh Bapa-Nya pada waktu itu, dalam penderitaan-Nya. Begitulah yang dikatakan-Nya, dan kita percaya Dia tidak pernah salah mengenai keadaan-Nya sendiri. Tetapi, ini tidak menandakan bahwa kesatuan antara sifat ilahi dan sifat manusiawi sedang dalam keadaan yang sangat lemah atau terguncang. Tidak, tetapi saat itu Dia sedang mempersembahkan diri-Nya melalui Roh yang kekal. Hal ini juga tidak berarti bahwa kasih Bapa kepada-Nya atau kasih-Nya sendiri kepada Bapa sudah berkurang. Kita yakin bahwa di benak Yesus tidak pernah terlintas rasa takut atau rasa putus asa terhadap Allah. Dia juga tidak merasa gentar sedikit pun dengan siksaan neraka. Tetapi, Bapa-Nya memang meninggalkan Dia, yang maksudnya:
- Pertama, Ia menyerahkan Yesus ke dalam tangan musuh, dan tidak datang untuk menyelamatkan Dia dari cengkeraman tangan mereka. Ia membiarkan kuasa kegelapan melawan Yesus, dan melakukan segala yang terburuk terhadap Dia, bahkan lebih buruk lagi daripada yang dialami Ayub. Kini firman Allah pun tergenapi (Ayb. 16:11), Allah menyerahkan aku kepada orang lalim, dan menjatuhkan aku ke dalam tangan orang fasik, dan tiada satu malaikat pun dikirim dari sorga untuk membebaskan-Nya, tidak ada seorang teman pun di bumi ini yang tampil untuk membela-Nya.
- Kedua, Bapa menarik rasa tenang dan penghiburan dari-Nya. Saat jiwa-Nya pertama kali merasa terharu, terdengarlah suara dari sorga untuk menghiburkan Dia (Yoh. 12:27-28). Saat Dia merana di taman Getsemani, turunlah seorang malaikat dari sorga untuk menguatkan Dia. Tetapi kini, Dia tidak memperoleh penghiburan ataupun penguatan seperti itu. Allah menyembunyikan wajah-Nya dari Dia, dan untuk sementara waktu menyisihkan cambuk dan gada-Nya di lembah kegelapan. Allah meninggalkan Dia, tetapi tidak seperti meninggalkan Saul dan membiarkan dia dalam keputusasaan yang kekal, tetapi seperti yang kadang kala dilakukan-Nya terhadap Daud, membiarkannya dalam ketawaran hatinya untuk sementara waktu.
- Ketiga, Dia membiarkan jiwa Yesus merasakan murka-Nya terhadap manusia atas dosa mereka. Kristus dijadikan dosa bagi kita, dijadikan kutuk bagi kita. Oleh karena itulah, meskipun Bapa mengasihi-Nya sebagai Anak, Dia memalingkan muka dari-Nya saat Kristus dijadikan jaminan dosa. Yesus rela mengakui perasaan tersebut dan tidak melawan perasaan itu walaupun Dia mampu melakukannya. Dia sanggup membiarkan diri-Nya untuk menanggung perasaan ini, seperti yang telah dilakukan-Nya selama ini, walaupun sebenarnya Dia berkuasa untuk menolaknya.
- [2] Kenyataan bahwa Kristus ditinggalkan oleh Bapa-Nya merupakan hal yang paling menyedihkan dan yang paling dikeluhkan oleh-Nya di antara semua penderitaan yang dialami-Nya. Di sini terdengar suara yang paling menyayat hati. Dia tidak berkata, "Mengapa Aku disesah? Kenapa Aku diludahi? Kenapa tubuh-Ku dipaku di kayu salib?" Dia juga tidak berkata kepada para murid-Nya, saat mereka memalingkan punggung terhadap Dia, "Mengapa kamu meninggalkan Aku?" Tetapi saat Bapa-Nya menjauhkan diri dari-Nya, Dia pun meraung seperti itu, karena hal ini seperti menaruh racun dan ipuh ke dalam kesesakan dan kesengsaraan-Nya. Hal ini seperti air yang telah naik sampai ke leher (Mzm. 69:2-4).
- [3] Tuhan kita Yesus, sekalipun saat itu sedang ditinggalkan oleh Bapa-Nya, tetap menganggap Bapa-Nya sebagai Allah-Nya. Allah-ku, Allah-ku, meski Engkau meninggalkan Aku, Engkau tetap Allah-Ku. Kristus adalah hamba Allah dalam melaksanakan pekerjaan penebusan. Dia berkewajiban memuaskan Allah, dan oleh Allah pula Dia disokong dan dimahkotai. Karena itulah, Dia tetap memanggil-Nya sebagai Allah-Nya, karena Dia kini sedang melakukan kehendak-Nya (Yes. 49:5-9). Inilah yang menguatkan dan menyokong Dia, yaitu bahwa dalam penderitaan-Nya yang terdalam sekalipun, Allah tetaplah Allah-Nya, dan Dia bertekad untuk tetap berpegang pada kebenaran itu.
- (4) Lihatlah bagaimana musuh-musuh-Nya berdebat dan mencemooh erangan-Nya itu tanpa rasa hormat akan Allah (ay. 47), Mereka berkata, "Ia memanggil Elia." Beberapa orang beranggapan bahwa hal ini merupakan salah kaprah yang dilakukan para tentara Romawi yang telah mendengar percakapan mengenai Elia, serta kekeliruan orang Yahudi yang mengharapkan kedatangan Elia tetapi tidak mengetahui arti Eli, Eli, sehingga berkomentar seenaknya mengenai perkataan Kristus tersebut. Mungkin juga mereka tidak mendengar bagian terakhir dari perkataan-Nya karena suara bising orang-orang di sekitar mereka. Perhatikan, banyak penghinaan yang dilontarkan terhadap firman dan umat Allah timbul akibat kekeliruan-kekeliruan besar. Kebenaran ilahi biasanya dicemari oleh kurangnya pengetahuan mengenai bahasa dan gaya penulisan firman Allah. Mereka yang hanya mendengar setengah-setengah biasanya memutarbalikkan apa yang mereka dengar. Akan tetapi, beberapa orang berpendapat bahwa hal itu merupakan kekeliruan yang sengaja dilakukan oleh sebagian orang Yahudi. Mereka sebenarnya mengetahui apa yang dikatakan Yesus, tetapi ingin terus mencemooh-Nya untuk menyukakan hati mereka sendiri dan pengikut-pengikut mereka. Mereka berusaha menimbulkan kesan yang salah pada diri orang-orang mengenai Dia, bahwa Dia yang mengaku-ngaku sebagai Mesias ternyata kini dengan senang hati berharap pada Elia, yang sebenarnya dinanti-nantikan hanya sebagai perintis dan pendahulu Mesias. Perhatikan, bukan hal baru lagi bahwa orang yang paling saleh dan takut akan Allah sering diolok-olok oleh mereka yang berpikiran dangkal. Tidak aneh juga jika kita mendapati bahwa apa yang telah dikatakan dengan baik dalam doa atau khotbah ternyata salah ditafsirkan dan dipakai untuk menghina kita. Inilah yang terjadi dengan perkataan Kristus, sekalipun belum pernah ada manusia yang berkata-kata seperti Dia.
- IV. Kelegaan yang menimbulkan rasa kecut yang diberikan musuh-musuh-Nya bagi Dia di tengah-tengah derita-Nya. Kelegaan yang menyakitkan ini sudah biasa diterima-Nya.
- . Seseorang memberi-Nya anggur asam untuk diminum (ay. 48).
- Bukannya memberi Dia air segar untuk menyegarkan dan menguatkan Dia dalam menanggung beban yang teramat berat itu, mereka malah mencobai Dia dengan sesuatu yang tidak hanya menambah penghinaan yang telah mereka bebankan kepada-Nya, tetapi juga sengaja menampilkan cawan kegentaran yang telah ditaruh Bapa ke dalam tangan-Nya. Segeralah datang salah satu dari antara mereka untuk mencedok anggur asam itu. Kelihatannya dia sangat peduli pada-Nya, tetapi yang benar adalah, dia sedang mencari kesempatan untuk melecehkan dan mencemooh Dia, takut kalau-kalau orang lain akan mendahului dia dalam melakukan hal itu.
- . Yang lainnya, yang juga ingin mengganggu dan menghina Dia, menyinggung-nyinggung nama Elia (ay. 49), "Jangan, baiklah kita lihat, apakah Elia datang untuk menyelamatkan Dia. Ayo, biarkan saja Dia, Dia sedang putus asa, baik sorga maupun bumi tidak dapat menolong Dia. Janganlah kita mencoba mempercepat atau memperlambat kematian-Nya. Dia memanggil Elia, jadi biarlah Dia pergi kepada Elia."
SH: Mat 27:27-56 - Derita Yesus dahsyat tak terselami (Jumat, 25 Maret 2005) Derita Yesus dahsyat tak terselami
Kisah ini memaparkan tiga aspek penderitaan yang Yesus alami.
Tak ada manusia biasa mampu seperti Yesus menan...
Derita Yesus dahsyat tak terselami
Kisah ini memaparkan tiga aspek penderitaan yang Yesus alami.
Tak ada manusia biasa mampu seperti Yesus menanggung penderitaan
fisik yang begitu kejam, penderitaan karena penolakan
orang-orang yang dikasihi-Nya, dan penderitaan rohani ketika
Allah memperlakukan Dia sebagai orang berdosa. Yesus rela
menanggung semua itu demi menaati kehendak Allah dan kasih-Nya
kepada manusia.
Penyaliban adalah salah satu bentuk hukuman mati yang paling sadis yang pernah diciptakan manusia. Tujuan penyaliban itu adalah membuat terhukum mati perlahan-lahan dalam penderitaan yang tak tertahankan. Berbagai penyiksaan baik sebelum maupun selama penyaliban harus Ia tanggung (ayat 27-37). Namun, penderitaan fisik ini belum seberat dua aspek penderitaan berikutnya. Penderitaan penolakan yang Yesus tanggung berasal dari para lawan-Nya maupun orang banyak yang dulu pernah menikmati pelayanan kasih-Nya (ayat 39-44). Jurang terdalam penderitaan rohani Yesus adalah ketika Ia berteriak: "Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?" (ayat 45-46). Tak seorang pun mampu menyelami penderitaan yang Yesus alami itu. Siksa keterpisahan manusia dari Allah dalam neraka kelak, itulah yang mungkin Yesus rasakan saat itu.
Kedahsyatan penderitaan Yesus terungkap dalam berbagai gejala alam dan kejadian mengerikan yakni langit menjadi gelap, kubur terbuka, gempa bumi, dan tercabiknya tabir Bait Suci yang memisahkan ruang kudus dan ruang maha kudus. Gejala-gejala ini menyatakan bahwa segenap realitas ciptaan Allah tergoncang oleh dahsyatnya kematian Yesus. Namun, penderitaan Yesus ini membuahkan hasil yang tak mungkin dapat manusia impikan sebelumnya. Kekuatan dosa dan maut telah dihancurkan oleh kematian Yesus. Sejak saat itu manusia tidak perlu lagi hidup jauh dari Allah.
Renungkan: Semua pemisah manusia dari Allah telah Yesus singkirkan melalui kematian-Nya. Seharusnya kita kini bebas menikmati hadirat Allah dalam tiap saat kehidupan kita.
SH: Mat 27:32-56 - Pertarungan dahsyat. (Jumat, 10 April 1998) Pertarungan dahsyat.
Sesungguhnya tak seorang pun mampu menyelami betapa dahsyat penderitaan dan pertarungan yang Yesus tanggung. Sesudah pergumulan ...
Pertarungan dahsyat.
Sesungguhnya tak seorang pun mampu menyelami betapa dahsyat penderitaan dan pertarungan yang Yesus tanggung. Sesudah pergumulan semalam suntuk di Getsemani, kini ia digiring ke bukit tengkorak, Golgota, tempat penghukuman terkeji yang pernah dikenal sejarah manusia. Seraya tersiksa, ia diolok dan disakiti dengan diberi anggur empedu. Ia dihina dengan ditelanjangi, dan jubah ungu-Nya diundi para prajurit. Tetapi lebih dari itu, semua orang menyuarakan suara terakhir Iblis, yang mengolok Dia agar turun menyelamatkan diri-Nya.
Ditolak Allah. Sepanjang hidup-Nya Yesus selalu disertai Allah. Sikap dan tindakan-Nya selalu berkenan kepada Allah, sebab Ia taat penuh kepada kehendak dan firman-firman-Nya. Bila demikian, mengapa ketika Ia mati, Allah meninggalkan Dia? Berbagai kejadian yang orang Yahudi artikan sebagai akhir zaman terjadi waktu itu: gempa bumi, bukit batu terbelah, gelap gulita, kubur terbuka, orang mati bangkit. Apa gerangan yang terjadi? Bukan kematian biasa yang terjadi. Kematian yang seharusnya dialami pada hari penghakiman akhir kelak, itulah yang sedang Yesus tanggung. Untuk kita!
Renungkan: Iblis telah berusaha kuat menghalangi Yesus menerima salib, kini pun merintangi manusia memeluk iman salib Yesus.
SH: Mat 27:32-56 - Menderitaan tak tertanggungkan (Jumat, 13 April 2001) Menderitaan tak tertanggungkan
Penyaliban adalah suatu bentuk hukuman yang sangat
mengerikan. Bagi orang Roma, penyaliban hanya
dikhususkan bagi pa...
Menderitaan tak tertanggungkan
Penyaliban adalah suatu bentuk hukuman yang sangat mengerikan. Bagi orang Roma, penyaliban hanya dikhususkan bagi para budak yang melakukan kesalahan, dan penjahat yang terjahat. Selain itu, penyaliban juga merupakan suatu penganiayaan yang dengan sengaja memperberat penderitaan dan menunda kematian. Melalui pengertian ini kita tahu bagaimana pemerintah Roma dan orang-orang Yahudi menempatkan keberadaan Tuhan kita Yesus Kristus. Mereka bisa saja menempatkan Yesus pada posisi itu, tetapi mereka tidak dapat memahami keberadaan Yesus yang sesungguhnya di tiang itu. Mereka tidak dapat menyamakan Yesus dengan kedua penjahat yang berada di sebelah kanan dan kiri Yesus yang harus disalib karena kejahatan yang mereka lakukan. Tetapi tidak demikian halnya dengan Yesus. Dia harus menderita di kayu salib untuk menggenapi perjuangan-Nya menghubungkan kembali persekutuan manusia dengan Allah yang terputus karena dosa. Yesus menderita karena kejahatan yang tidak Dia lakukan. Bahkan untuk kejahatan kita Yesus rela disiksa, disakiti, diolok, dihina, ditelanjangi, dibuat tak berdaya, hingga akhirnya di salib.
Kita diingatkan bahwa keterbuangan penderitaan yang dialami-Nya adalah hukuman Ilahi yang seharusnya ditanggung oleh dosa-dosa kita. Dia menenggak "cawan" murka Allah yang seharusnya menjadi bagian kita. Hingga akhirnya Dia harus mengorbankan nyawa- Nya, juga untuk kita. Kematian-Nya diiringi peristiwa dahsyat dimana bumi bergoyang, bukit batu terbelah, gelap gulita, kubur terbuka, orang mati bangkit! Mata dunia terbuka, bahwa kematian yang dialami-Nya bukanlah kematian manusia biasa.
Renungkan: Hendaklah mata hati dan iman kita pun tetap terbuka untuk melihat fakta bahwa persekutuan kita dengan Allah terjalin kembali karena Kristus, melalui kematian-Nya, telah mengangkut seluruh dosa- dosa kita.
Bacaan untuk Jumat Agung
Lagu: Kidung Jemaat 167
SH: Mat 27:32-44 - Jalan salib (Kamis, 1 April 2010) Jalan salib
Penyaliban merupakan salah satu bentuk hukuman mati yang paling
sadis dan kejam yang pernah diciptakan manusia. Sebelum
disalib...
Jalan salib
Penyaliban merupakan salah satu bentuk hukuman mati yang paling sadis dan kejam yang pernah diciptakan manusia. Sebelum disalibkan, terpidana mati akan mengalami berbagai siksaan dan cambukan dan juga harus memikul palang kayunya sendiri menuju tempat penyaliban. Tujuan penyaliban ialah agar terpidana mengalami penderitaan yang tidak tertahankan dan kematian secara perlahan-lahan.
Dalam peristiwa penyaliban, Yesus mengalami banyak penderitaan baik penderitaan fisik maupun batiniah. Secara fisik Ia disiksa sebelum dipakukan di salib (ayat 27-31). Ia mengalami penderitaan batiniah karena penolakan orang-orang yang Ia kasihi, umat-Nya Israel yang pernah menikmati pelayanan kasih-Nya. Orang banyak dan para musuh-Nya mencemooh Diri-Nya (ayat 39-43). Demikian juga para prajurit (Luk. 23:36-37) dan bahkan para penjahat yang sudah selayaknya mati (ayat 44).
Namun Yesus secara sukarela dan taat melaksanakan kehendak Bapa. Melalui jalan salib di bukit Golgota yang penuh penderitaan dan berujung pada kematian, Yesus menebus dan mengampuni orang berdosa. Karya yang sarat penderitaan ini berdampak dahsyat bagi keselamatan mereka yang seharusnya mengalami kebinasaan kekal.
Bagaimana seharusnya respons kita terhadap pengurbanan Yesus yang begitu habis-habisan? Seharusnya kita penuh dengan ucapan syukur dan bahkan kerelaan untuk mengikut Dia, serta memikul salib masing-masing demi karya penyelamatan Yesus di salib dapat dialami juga oleh orang lain. Jangan seperti Simon dari Kirene yang mula-mula merasa terpaksa memikul salib (ayat 32). Namun melalui peristiwa ini keluarga Simon akhirnya diselamatkan (lih. Mrk. 15:21; Kis. 19:33; Rm. 16:13). Karena itu beritakanlah karya kasih Kristus di salib ini kepada semua orang. Nyatakanlah ke-saksian Anda dengan berani, bahkan siaplah menderita demi Injil keselamatan sampai kepada setiap orang yang membutuhkannya.
SH: Mat 27:32-56 - Taat dan setia sampai akhir (Jumat, 29 Maret 2013) Taat dan setia sampai akhir
Apa perasaan kita ketika membaca kisah kematian Yesus dalam Injil? Dibaca berapa kali pun, kisah tersebut selalu meningga...
Taat dan setia sampai akhir
Apa perasaan kita ketika membaca kisah kematian Yesus dalam Injil? Dibaca berapa kali pun, kisah tersebut selalu meninggalkan kesan mengerikan. Bayangkan bagaimana penderitaan Yesus dalam proses menuju penyaliban dan akhirnya mati di kayu salib. Sebuah proses yang sangat tidak manusiawi, tetapi dijalani dengan setia oleh Yesus. Apakah Yesus tidak pernah mengeluh? Alkitab memperlihatkan betapa Yesus juga tidak tahan terhadap berbagai perlakuan yang Ia terima. Sangat manusiawi. Akan tetapi, apakah Yesus melarikan diri? Tidak! Yesus menunjukkan ketaatan dan kesetiaan yang begitu besar pada kehendak Bapa-Nya di surga. Ketaatan itu Ia tunjukkan dengan mati di kayu salib. Ketaatan yang luar biasa tersebut dilakukan demi keselamatan umat manusia.
Kematian adalah hal yang pasti akan dialami oleh semua orang. Yang membedakan kematian tiap-tiap orang adalah jalan menuju kematiannya. Apakah proses yang kita jalani dalam kehidupan kita sudah menunjukkan bahwa kita menjalani hidup ini secara total atau tidak? Apakah tujuan-tujuan hidup kita terpenuhi atau tidak? Apakah kita berguna bagi diri kita sendiri dan bagi orang-orang di sekitar kita?
Dengan membaca kisah kematian Yesus ini kita diingatkan, betapa kehidupan adalah sesuatu yang sangat berharga. Perjalanan kehidupan kita mirip dengan perjalanan Yesus dalam bacaan kita hari ini. Ada beban yang harus dipikul, ada jalan panjang yang harus ditempuh, ada cemoohan dan ejekan dari orang-orang yang tidak suka pada kita. Namun akhirnya apabila kita taat dan setia mengikut Tuhan, kita akan menjadi pemenang. Karya-Nya yang sudah selesai di salib memberikan kita kekuatan untuk menyelesaikan hidup kita dengan baik.
Jumat Agung merupakan peristiwa agung karya keselamatan Allah. Jumat Agung juga mengajarkan kita makna ketaatan dan kesetiaan dalam menjalani kehidupan kita sebagai umat Tuhan di dunia. Tuhan Yesus telah memberikan teladannya, oleh karena itu marilah kita mengikuti teladannya dan menjadi umat yang setia dan taat sampai akhir.
SH: Mat 27:32-44 - Yesus Disalibkan (Kamis, 13 April 2017) Yesus Disalibkan
Penderitaan dan penganiayaan terhadap Yesus belum berakhir. Ia masih perlu menjalani jalan salib. Meski lelah dan kehilangan banyak ...
Yesus Disalibkan
Penderitaan dan penganiayaan terhadap Yesus belum berakhir. Ia masih perlu menjalani jalan salib. Meski lelah dan kehilangan banyak darah akibat luka cambuk dan pukulan, tetapi Yesus tetap berjalan menuju Golgota. Melihat fisik Yesus sudah lemah, para serdadu memaksa Simon dari Kirene memikul salib Yesus (32) sampai di Golgota (33). Meski demikian, perlakuan kejam tetap diterima oleh Yesus.
Para serdadu menyalibkan (35) dan mempermalukan Yesus (37). Banyak orang menghujat-Nya (39-40) dan para pemimpin Yahudi mengolok-olok Dia (41-44). Bahkan kedua penyamun yang disalibkan bersama Yesus pun turut menghina-Nya (38, 44).
Sebenarnya, Yesus bisa saja menempuh cara yang sedikit lebih "enak" untuk menjalani proses penyaliban-Nya, yaitu dengan meminum anggur bercampur empedu yang diberikan seorang serdadu kepada-Nya (34). Anggur bercampur empedu bukanlah minuman penghilang rasa haus, melainkan minuman yang biasa diberikan kepada para kriminal yang disalib. Minuman itu akan membuat orang tersebut mati rasa dan tidak terlalu merasakan sakit dan penderitaan dahsyat ketika disalib.
Saat Yesus diberi minuman itu, Ia menolaknya (34). Artinya, di atas kayu salib itu, Yesus ingin merasakan secara total setiap tusukan paku, pukulan, tancapan mahkota duri, dan setiap tetesan darah yang menetes keluar dari tubuh-Nya. Lebih dari itu, Yesus sepenuhnya hendak merasakan maut dalam kesadarannya sebagai manusia.
Semua penderitaan, kesakitan, olok-olokan, dan hujatan Yesus terima demi menebus manusia berdosa. Ia membuktikan kasih-Nya yang besar dan tanpa pamrih bagi kita dengan menjalani semuanya itu tanpa keluhan yang keluar dari rasa sakit yang tak terperikan.
Di kayu salib itu, Ia menggenapi rencana keselamatan yang Allah rindukan untuk umat manusia. Sedemikian besarnya Allah mengasihi kita, apakah Anda masih meragukan Dia? Hal konkret apa yang telah Anda lakukan atas pengorbanan Yesus? [MFS]
SH: Mat 27:32-56 - Pandanglah kepada Yesus (Jumat, 7 April 2023) Pandanglah kepada Yesus
Dalam teologi kemakmuran, orang Kristen tidak akan hidup menderita. Ajaran ini telah menghipnotis dan melemahkan iman banyak ...
Pandanglah kepada Yesus
Dalam teologi kemakmuran, orang Kristen tidak akan hidup menderita. Ajaran ini telah menghipnotis dan melemahkan iman banyak orang Kristen. Ketika kita sedang berputus asa, teologi ini mengajarkan bahwa dengan mengikut Yesus kita akan selalu hidup makmur dan bahagia, seakan-akan Yesus sendiri tidak pernah menderita.
Pandanglah kepada Yesus. Penderitaan-Nya menjadi makin dahsyat saat Ia berada di atas kayu salib. Ketika Ia tergantung, ejekan dan hujatan datang dari orang-orang yang lewat (39-40), para pemuka agama (41-43), dan bahkan penyamun yang sudah selayaknya mendapatkan hukuman (44). Puncak dari penderitaan-Nya terdengar dalam suara nyaring ketika Ia berseru: "Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?" (46).
Penderitaan Yesus bukan suatu kecelakaan dalam sejarah atau suatu kesenangan aneh yang Ia cari. Ia rela mengalami penyiksaan karena itulah jalan yang harus ditempuh untuk menyelesaikan misi-Nya.
Orang-orang Yahudi melihat Mesias hanya sebagai pahlawan yang kuat, tetapi Yesus menunjukkan bahwa Mesias adalah Pribadi yang rela menderita. Mereka mengira bahwa Yesus akan turun untuk membuktikan kuasa-Nya. Tetapi, justru karena Ia tidak turun dan rela disalibkan, Ia membuktikan diri-Nya sebagai Sang Juru Selamat dan kita dapat percaya kepada-Nya.
Yesus menjalani penderitaan karena dosa yang telah kita lakukan. Dia menanggung segala derita yang amat berat itu untuk menggantikan kita. Seharusnya kitalah yang menerima umpatan, siksaan, bahkan kematian. Namun, melalui kematian-Nya kita ditebus dan diperdamaikan dengan Allah.
Penderitaan yang kita lalui di dunia ini tidak sebanding dengan apa yang telah Ia lalui. Ia telah melayani dan menderita dengan taat sepenuhnya kepada kehendak Bapa. Maka, demikian juga dengan kita yang kini menjadi pengikut-Nya. Dalam penderitaan yang sedang kita alami hari ini, mari kita terus memandang kepada Yesus agar kita tidak putus asa dan takluk oleh penderitaan, tetapi mampu menyelesaikan misi kita sebagai orang Kristen di dunia ini. [PMS]
Topik Teologia -> Mat 27:34
Topik Teologia: Mat 27:34 - -- Yesus Kristus
Nubuat-nubuat tentang Kristus
Nubuat-nubuat tentang Kristus dan Penggenapannya
Keadaan dan Peristiwa yang Berkenaan ...
TFTWMS -> Mat 27:33-34
TFTWMS: Mat 27:33-34 - Lokasinya LOKASINYA (Matius 27:33, 34)
33 Maka sampailah mereka di suatu tempat yang bernama Golgota, artinya: Tempat Tengkorak. 34 Lalu mereka memberi Dia min...
LOKASINYA (Matius 27:33, 34)
33 Maka sampailah mereka di suatu tempat yang bernama Golgota, artinya: Tempat Tengkorak. 34 Lalu mereka memberi Dia minum anggur bercampur empedu. Setelah Ia mengecapnya, Ia tidak mau meminumnya.
Ayat 33. Tempat eksekusi itu disebut Golgota, yang adalah bahasa Aram untuk Tempat Tengkorak atau "Tengkorak" (Luk. 23:33). Kata yang kelam dan tidak nyaman ini sepadan dengan kata Latin calvaria ("Kalvari").
Lokasi tepat kematian Yesus mungkin tidak pernah diketahui. Kitab Suci menetapkan bahwa tempat itu terletak di luar tembok kota (Ibr. 13:12). Hal ini sesuai dengan hukum Yahudi (Ima. 24:14; Bil. 15:35; lihat 1 Raja 21:13; Kisah 7:58).
Sekarang ini ada dua situs yang ditunjukkan kepada para pengunjung di Yerusalem yang bisa saja merupakan Golgota. Agama Katholik mengidentifikasi Golgota sebagai batu yang terletak di dalam Gereja Makam Suci. Bangunan ini awalnya dibangun oleh Kaisar Romawi Constantine pada abad keempat Masehi. Situs ini terletak di luar tembok Yerusalem pada zaman Kristus. Sejumlah makam yang terletak di dekatnya mungkin dibangun pada abad pertama.
Sebuah tradisi Protestan menunjuk kepada sisi bukit yang dikenal sebagai "Kalvari Gordon." Bentuk batu di sisi bukit itu menyerupai tengkorak manusia. Situs ini diusulkan oleh beberapa orang pada tahun 1800-an, tapi dipopulerkan oleh Jenderal Charles George Gordon, seorang pahlawan militer Inggris yang terkenal. Namun begitu, tampilan bukit itu mungkin disebabkan oleh penggalian yang dilakukan belakangan; pada abad pertama bentuknya mungkin tidak tampak seperti tengkorak. Selain itu, tanggal yang diberikan oleh para arkeolog kepada makam-makam di dekatnya, termasuk Makam Taman, adalah abad kedelapan atau ketujuh S. M.4
Ayat 34. Setelah mencapai Golgota, para serdadu yang bertanggung jawab atas penyaliban Yesus menawarkan minum anggur bercampur empedu. Kata Yunani "empedu" (colh, cholē) mengacu kepada suatu bahan yang rasanya pahit (lihat Maz. 69:21). Markus 15:23 mengatakan bahwa anggur itu dicampur dengan "mur."
Mengapakah para serdadu Romawi pada waktu ini menawarkan anggur kepada Yesus? (1) Apakah mereka ingin melanjutkan ejekan mereka? Alih-alih memberi Dia minuman yang menyegarkan, apakah mereka memang ingin memberi Dia minuman pahit? Mungkin tidak. (2) Akankah minuman itu, yang mungkin memiliki efek narkotika, sebenarnya memperpanjang penderitaan dan penyiksaan-Nya? Apakah mereka berusaha mengintensifkan penderitaan-Nya? Mungkin juga tidak. (3) Apakah anggur yang diberikan itu merupakan isyarat kemanusiaan untuk menumpulkan panca indra Yesus dan untuk membantu Dia menahan rasa sakit? Minuman itu ditawarkan kepada Yesus sesaat sebelum Ia disalibkan. Bisa jadi ini merupakan alasan yang baik. Penafsiran yang terakhir ini sesuai dengan tradisi yang dilestarikan dalam Talmud: "Ketika seseorang dibawa untuk dieksekusi, ia diberi cawan anggur yang mengandung butir-butir kemenyan, sebagai pemati rasa … Kaum perempuan bangsawan di Yerusalem biasa menawarkan dan membawanya."5
Setelah Ia mengecap anggur yang dicampur dengan empedu itu, Yesus tidak mau meminumnya. Ia mungkin menolak minum isi cawan pahit itu sehingga Ia bisa sepenuhnya merasakan cawan penderitaan yang Ia hendak minum (lihat komentar tentang 26:39).
buka semuaPendahuluan / Garis Besar
Full Life: Matius (Pendahuluan Kitab) Penulis : Matius
Tema : Yesus, Raja Mesianis
Tanggal Penulisan: Tahun 60-an TM
Latar Belakang
Injil ini dengan tepat sekali di...
Penulis : Matius
Tema : Yesus, Raja Mesianis
Tanggal Penulisan: Tahun 60-an TM
Latar Belakang
Injil ini dengan tepat sekali ditempatkan pertama sebagai pengantar PB dan "Mesias, Anak Allah yang hidup" (Mat 16:16). Walaupun nama pengarang tidak disebutkan dalam nas Alkitab, kesaksian semua bapa gereja yang mula-mula (sejak kira-kira tahun 130 M) menyatakan bahwa Injil ini ditulis oleh Matius, salah seorang murid Yesus.
Jikalau Injil Markus ditulis untuk orang Romawi (Lihat "PENDAHULUAN INJIL MARKUS" 08165) dan Injil Lukas untuk Teofilus dan semua orang percaya bukan Yahudi (Lihat "PENDAHULUAN INJIL LUKAS" 08169), maka Injil Matius ditulis untuk orang percaya bangsa Yahudi. Latar Belakang Yahudi dari Injil ini tampak dalam banyak hal, termasuk
- (1) ketergantungannya pada penyataan, janji, dan nubuat PL untuk membuktikan bahwa Yesus memang Mesias yang sudah lama dinantikan;
- (2) hal merunut garis silsilah Yesus, bertolak dari Abraham (Mat 1:1-17);
- (3) pernyataannya yang berulang-ulang bahwa Yesus adalah "Anak Daud" (Mat 1:1; Mat 9:27; Mat 12:23; Mat 15:22; Mat 20:30-31; Mat 21:9,15; Mat 22:41-45);
- (4) penggunaan istilah yang khas Yahudi seperti "Kerajaan Sorga" (yang searti dengan "Kerajaan Allah") sebagai ungkapan rasa hormat orang Yahudi sehingga segan menyebut nama Allah secara langsung dan
- (5) petunjuknya kepada berbagai kebiasaan Yahudi tanpa memberikan penjelasan apa pun (berbeda dengan kitab-kitab Injil yang lain).
Sekalipun demikian, Injil ini tidak semata-mata untuk orang Yahudi. Seperti amanat Yesus sendiri, Injil Matius pada hakikatnya ditujukan kepada seluruh gereja, serta dengan saksama menyatakan lingkup universal Injil (mis. Mat 2:1-12; Mat 8:11-12; Mat 13:38; Mat 21:43; Mat 28:18-20).
Tanggal dan tempat Injil ini berasal tidak dapat dipastikan. Akan tetapi, ada alasan kuat untuk beranggapan bahwa Matius menulis sebelum tahun 70 M ketika berada di Palestina atau Antiokia di Siria. Beberapa sarjana Alkitab percaya bahwa Injil ini merupakan Injil yang pertama ditulis, sedangkan ahli yang lain beranggapan bahwa Injil yang ditulis pertama adalah Injil Markus.
Tujuan
Matius menulis Injil ini
- (1) untuk memberikan kepada sidang pembacanya kisah seorang saksi mata mengenai kehidupan Yesus,
- (2) untuk meyakinkan pembacanya bahwa Yesus adalah Anak Allah dan Mesias yang dinubuatkan oleh nabi PL, yang sudah lama dinantikan, dan
- (3) untuk menunjukkan bahwa Kerajaan Allah dinyatakan di dalam dan melalui Yesus Kristus dalam cara yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Matius ingin sekali agar pembacanya memahami bahwa
- (1) hampir semua orang Israel menolak Yesus dan kerajaan-Nya. Mereka tidak mau percaya karena Ia datang sebagai Mesias yang rohani dan bukan sebagai Mesias yang politis.
- (2) Hanya pada akhir zaman Yesus akan datang dalam kemuliaan-Nya sebagai Raja segala raja untuk menghakimi dan memerintah semua bangsa.
Survai
Matius memperkenalkan Yesus sebagai penggenapan pengharapan Israel yang dinubuatkan. Yesus menggenapi nubuat PL dalam kelahiran-Nya (Mat 1:22-23), tempat lahir (Mat 2:5-6), peristiwa kembali dari Mesir (Mat 2:15) dan tinggal di Nazaret (Mat 2:23); Ia juga diperkenalkan sebagai Oknum yang didahului oleh perintis jalan Sang Mesias (Mat 3:1-3); dalam hubungan dengan lokasi utama dari pelayanan-Nya di depan umum (Mat 4:14-16), pelayanan penyembuhan-Nya (Mat 8:17), peranan-Nya selaku hamba Allah (Mat 12:17-21), ajaran-Nya dalam bentuk perumpamaan (Mat 13:34-35), peristiwa memasuki Yerusalem dengan jaya (Mat 21:4-5) dan penangkapan-Nya (Mat 26:56).
Pasal 5-25 (Mat 5:1--25:46) mencatat lima ajaran utama yang disampaikan oleh Yesus dan lima kisahan utama mengenai perbuatan-Nya yang besar sebagai Mesias. Lima ajaran utama itu adalah:
- (1) Khotbah di Bukit (pasal 5-7; Mat 5:1--7:29);
- (2) pengarahan bagi orang yang diutus untuk berkeliling memberitakan Kerajaan itu (pasal 10; Mat 10:1-42);
- (3) perumpamaan tentang Kerajaan Allah (pasal 13; Mat 13:1-30);
- (4) sifat seorang murid sejati (pasal 18; Mat 18:1-35) dan
- (5) ajaran di Bukit Zaitun mengenai akhir zaman (pasal 24-25; Mat 24:1--25:46).
Lima kisah utama dalam Injil ini adalah:
- (1) Yesus mengerjakan tanda ajaib dan mukjizat, yang menegaskan tentang realitas kerajaan itu (pasal 8-9; Mat 8:1--9:38);
- (2) Yesus mempertunjukkan lebih lanjut adanya kerajaan (pasal 11-12; Mat 11:1--12:50);
- (3) Pengumuman kerajaan menimbulkan bermacam-macam krisis (pasal 14-17; Mat 14:1--17:27);
- (4) Yesus berjalan ke Yerusalem dan tinggal di situ pada minggu terakhir (Mat 19:1--26:46);
- (5) Yesus ditangkap, dihakimi, disalibkan dan bangkit dari antara orang mati (Mat 26:47--28:20). Tiga ayat yang terakhir dari kitab Injil ini mencatat "Amanat Agung" Yesus.
Ciri-ciri Khas
Tujuh ciri utama menandai Injil ini.
- (1) Kitab ini merupakan Injil yang mencolok sifat ke-Yahudiannya.
- (2) Ajaran dan pelayanan Yesus di bidang penyembuhan dan pelepasan disajikan secara paling teratur. Karena hal ini, maka pada abad kedua gereja sudah mempergunakan Injil ini untuk membina orang yang baru bertobat.
- (3) Kelima ajaran utama berisi materi yang terluas di dalam keempat Injil yang mencatat pengajaran Yesus
- (a) selama pelayanan-Nya di Galilea dan
- (b) mengenai hal-hal terakhir (eskatologi).
- (4) Injil ini secara khusus menyebutkan peristiwa dalam kehidupan Yesus sebagai penggenapan PL jauh lebih banyak daripada kitab lain di PB.
- (5) Kerajaan Sorga\Kerajaan Allah disebutkan dua kali lebih banyak daripada kitab lain di PB.
- (6) Matius menekankan
- (a) standar-standar kebenaran dari Kerajaan Allah (pasal 5-7; Mat 5:1--7:29);
- (b) kuasa kerajaan itu atas dosa, penyakit, setan-setan, dan bahkan kematian; dan
- (c) kejayaan kerajaan itu di masa depan dalam kemenangan yang mutlak pada akhir zaman.
- (7) Hanya Injil ini yang menyebutkan atau menubuatkan gereja sebagai suatu wadah yang menjadi milik Yesus di kemudian hari (Mat 16:18; Mat 18:17).
Full Life: Matius (Garis Besar) Garis Besar
I. Memperkenalkan Mesias
(Mat 1:1-4:11)
A. Silsilah Yahudi Yesus
(Mat 1:1-17)
B....
Garis Besar
- I. Memperkenalkan Mesias
(Mat 1:1-4:11) - A. Silsilah Yahudi Yesus
(Mat 1:1-17) - B. Kelahiran dan Pengungsian ke Mesir
(Mat 1:18-2:23) - C. Perintis Jalan Sang Mesias
(Mat 3:1-12) - D. Pembaptisan Sang Mesias
(Mat 3:13-17) - E. Pencobaan Sang Mesias
(Mat 4:1-11) - II. Pelayanan Mesianis Yesus di dan sekitar Galilea
(Mat 4:12-18:35) - A. Ringkasan Pelayanan yang Awal di Galilea
(Mat 4:12-25) - B. Ajaran tentang Kemuridan dalam Kerajaan
(Mat 5:1-7:29) - C. Kisahan I: Perbuatan-Perbuatan Luar Biasa dari Kerajaan
(Mat 8:1-9:38) - D. Ajaran tentang Pemberitaan Kerajaan
(Mat 10:1-42) - E. Kisahan II: Kehadiran Kerajaan
(Mat 11:1-12:50) - F. Ajaran tentang Rahasia Kerajaan
(Mat 13:1-58) - G. Kisahan III: Krisis Kerajaan
(Mat 14:1-17:27) - H. Ajaran tentang Keanggotaan dalam Kerajaan
(Mat 18:1-35) - III.Puncak Pelayanan Mesianis Yesus di Yudea/Perea dan Yerusalem
(Mat 19:1-26:46) - A. Perjalanan Yesus ke Yerusalem
(Mat 19:1-20:34) - B. Minggu Terakhir yang dilewatkan Yesus di Yerusalem
(Mat 21:1-26:46) - 1. Masuk Yerusalem dan Penyucian Bait Allah
(Mat 21:1-22) - 2. Perdebatan dengan Orang Yahudi
(Mat 21:23-22:46) - 3. Pengecaman terhadap ahli Taurat dan Orang Farisi
(Mat 23:1-39) - 4. Ajaran di Bukit Zaitun tentang Masa Depan Kerajaan
(Mat 24:1-25:46) - 5. Komplotan untuk Mengkhianati Yesus
(Mat 26:1-16) - 6. Perjamuan Terakhir
(Mat 26:17-30) - 7. Getsemani
(Mat 26:31-46) - IV. Yesus Ditangkap, Diadili dan Disalibkan
(Mat 26:47-27:66) - A. Yesus Ditangkap
(Mat 26:47-56) - B. Yesus Diadili
(Mat 26:57-27:26) - C. Yesus Disalibkan
(Mat 27:27-56) - D. Yesus Dikubur
(Mat 27:57-66) - V. Yesus Bangkit
(Mat 28:1-20) - A. Penemuan Luar Biasa Para Wanita
(Mat 28:1-10) - B. Saksi-Saksi Palsu
(Mat 28:11-15) - C. Amanat Tuhan yang Bangkit
(Mat 28:16-20)
Matthew Henry: Matius (Pendahuluan Kitab) Di hadapan kita terdapat,
I. Perjanjian (wasiat) Baru Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamat kita; demikian yang diberikan pada bagian kedua dari...
Di hadapan kita terdapat,
- I. Perjanjian (wasiat) Baru Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamat kita; demikian yang diberikan pada bagian kedua dari Alkitab kita, yang juga disebut kovenan baru, karena kata yang digunakan memiliki kedua makna tersebut. Sebenarnya, bila menyinggung tindakan dan perbuatan Kristus, sebagaimana dimaksudkan di sini, maka istilah yang paling tepat adalah wasiat (Inggris: testament), sebab Kristuslah sang Pemberi Wasiat itu, yang berlaku sah melalui kematian-Nya (Ibr. 9:16-17). Tidak seperti suatu kovenan, dalam wasiat tidak terdapat kesepakatan bersama antara pihak-pihak yang terlibat. Dalam wasiat, apa yang dijanjikan itu dianugerahkan, meskipun bersyarat, berdasarkan suatu kehendak, yakni kehendak bebas, maksud baik dari Sang Pemberi Wasiat. Seluruh anugerah yang terdapat di dalam kitab ini bersumber pada Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamat kita. Karena itu, jika kita tidak mengakui Dia sebagai Tuhan kita, kita tidak dapat mengharapkan manfaat apa pun dari-Nya sebagai Juruselamat kita. Perjanjian ini disebut perjanjian baru, untuk membedakannya dari perjanjian yang diberikan Musa, namun bukan karena perjanjian Musa ini sudah tidak berlaku; juga untuk menyatakan bahwa perjanjian tersebut harus selalu baru, tidak menjadi usang dan ketinggalan zaman. Kitab-kitab Perjanjian Baru ini bukan saja memuat penemuan seutuhnya akan anugerah yang sudah nyata menyelamatkan semua manusia, tetapi juga merupakan sebuah sarana yang sah yang melaluinya anugerah itu disampaikan dan berdiam atas semua orang percaya. Sudah seyogyanyalah dengan cermat kita memelihara, dan dengan penuh perhatian serta sukacita kita membaca pesan dan wasiat terakhir seorang sahabat, yang melalui wasiat itu telah meninggalkan suatu warisan besar, dan bersama warisan ini pula telah mengungkapkan kasih-Nya yang mendalam kepada kita! Betapa terlebih mulianya wasiat yang diberikan Juruselamat kita yang terberkati itu, yang menjamin seluruh kekayaan-Nya yang tidak terkatakan bagi kita! Ini sungguh wasiat-Nya; meskipun wasiat itu, seperti umumnya surat wasiat, ditulis oleh orang lain (kita tidak memiliki bukti apa pun yang merupakan tulisan Kristus sendiri), namun Dia sendirilah yang menyatakannya; dan pada malam sebelum Ia mati, melalui perjamuan malam, Ia menandatangani, memeteraikan, dan mengumumkannya di hadapan dua belas orang saksi. Sebab, meskipun kitab-kitab ini baru ditulis setelah beberapa tahun kemudian, demi manfaat bagi generasi-generasi selanjutnya, in perpetuam rei memoriam – sebagai suatu peringatan abadi, Perjanjian Baru Yesus, Tuhan kita, sudah ditetapkan, dikukuhkan, dan diberitakan sejak kematian-Nya, sebagai sebuah wasiat lisan, yang tentangnya catatan-catatan dalam kitab-kitab tersebut memiliki kesamaan yang tepat. Hal-hal yang dituliskan oleh Lukas merupakan peristiwa-peristiwa yang telah terjadi di antara orang waktu itu (hal-hal yang diyakini secara pasti, KJV), dan karena itu sudah dikenal baik sebelum ia sendiri menuliskannya. Namun, ketika peristiwa-peristiwa itu dituliskan, tulisan tersebut melampaui dan menyisihkan tradisi lisan, dan tulisan-tulisan ini menjadi perbendaharaan Perjanjian Baru itu. Hal ini ditunjukkan juga dalam judul tambahan yang mengawali banyak salinan Perjanjian Baru bahasa Yunani, Tēs kainēs Diathēkēs Hapanta – Keseluruhan Perjanjian Baru, atau segenap hal mengenainya. Di dalamnya diungkapkan seluruh maksud Allah berkenaan dengan keselamatan kita (Kis. 20:27). Sama sebagaimana hukum Tuhan sempurna adanya, demikian pula halnya dengan Injil Kristus, dan tidak ada lagi yang ditambahkan kepadanya. Kita telah memiliki semuanya, dan tidak ada yang perlu dicari lagi.
- II. Di hadapan kita terdapat Keempat Injil. Injil berarti kabar baik, atau berita kesukaan; dan sejarah kedatangan Kristus ke dalam dunia untuk menyelamatkan orang berdosa ini jelas-jelas merupakan kabar terbaik yang pernah datang dari sorga ke atas bumi; malaikatlah yang memberikan sebutan kesukaan bagi berita itu (Luk. 2:10), Euangelizomai hymin – aku memberitakan kepadamu kesukaan besar; aku memberitakan Injil kepadamu. Nabi pun menubuatkannya (Yes. 52:7; 61:1). Di situ dinubuatkan bahwa pada hari kedatangan Mesias, kesukaan besar itu harus diberitakan. Kata Injil sepadan dengan kata Inggris Gospel yang berasal dari bahasa Sakson kuno [sebuah bahasa Germanik tua – pen.], yang berarti perkataan atau kata Allah (God’s spell atau God’s word); dan Allah dipanggil demikian karena Dia baik, Deus optimus – Allah yang mahabaik, dan karena itu kata Gospel bisa berarti suatu perkataan atau kata yang baik. Bila kita mengambil kata spell dalam artian yang lebih tepat, yaitu charm (carmen), “mantera,” dan memandangnya dari sisi baik, sebagai sesuatu yang menggerakkan dan memengaruhi, tepatnya lenire dolorem – untuk menenangkan hati, atau untuk mengubah hati supaya merasa takjub atau kasih, seperti hal-hal yang umum kita sebut memesonakan atau memikat hati, maka pengertian ini dapat diterapkan pada Injil; sebab di dalamnya sang pembaca mantra menyuarakan manteranya dengan bijak, sekalipun kepada ular tedung tuli (Mzm. 58:5-6). Begitu pula tidak seorang pun yang akan memikirkan adanya mantra lain yang memiliki kuasa seperti keindahan dan kasih Penebus kita. Segenap Perjanjian Baru adalah Injil atau kabar baik itu sendiri. Rasul Paulus menyebut Perjanjian Baru itu Injilnya, sebab ia adalah salah seorang pemberitanya. Alangkah indahnya jika kita juga menjadikannya sebagai Injil kita melalui sambutan hangat dan ketaatan kita terhadap Injil! Lazim keempat kitab yang memuat sejarah tentang Sang Penebus itu kita sebut keempat Injil, dan para penulisnya yang diilhami itu kita sebut pemberita Injil, atau penulis Injil; namun, sebutan ini tidaklah begitu tepat, karena sebutan pemberita Injil menunjuk kepada suatu golongan pengerja atau pelayan tertentu yang menjadi pembantu para rasul: “Dan Ialah yang memberikan baik rasul-rasul maupun ... pemberita-pemberita Injil” (Ef. 4:11). Ajaran mengenai Kristus harus dijalin dengan, dan didasarkan pada, kisah tentang kelahiran, kehidupan, mujizat-mujizat, kematian, dan kebangkitan-Nya; sebab hanya dengan demikianlah doktrin tersebut tampak dalam terangnya yang paling jelas dan kuat. Seperti halnya dengan alam, demikian juga dalam anugerah, penemuan-penemuan yang paling membahagiakan adalah penemuan-penemuan yang timbul berdasarkan gambaran-gambaran tertentu dari halhal yang nyata. Sejarah alam merupakan filsafat terbaik; begitu pula dengan sejarah suci, baik Perjanjian Lama maupun Baru, adalah sarana kebenaran suci yang paling tepat dan mulia. Keempat Injil ini telah ada sejak awal Kekristenan dan telah diterima teguh oleh gereja mula-mula dan dibacakan dalam pertemuan-pertemuan ibadah Kristen, sebagaimana diungkapkan melalui tulisan-tulisan Justin Martyr dan Irenaeus, yang hidup satu abad lebih sedikit setelah kenaikan Kristus ke sorga; mereka menyatakan bahwa empat Injil sajalah, tidak lebih dan tidak kurang, yang diterima oleh gereja. Sekitar masa itu, keselarasan keempat pemberita Injil itu dihimpun oleh Tatian, dengan judul To dia tessarōn – Injil dari keempat Injil. Pada abad ketiga dan keempat muncul injil-injil lain yang dipalsukan oleh bermacam-macam sekte dan diterbitkan dengan menggunakan nama Petrus, ada lagi dengan nama Tomas, Filipus, dan seterusnya. Namun injil-injil ini tidak pernah diakui maupun dihargai oleh gereja, seperti dikatakan cendekiawan Dr. Whitby. Beliau mengajukan alasan tepat mengapa kita harus setia berpegang pada catatan-catatan tertulis ini, sebab tradisi, dengan pernyataan dan dalih apa pun yang terdapat di dalamnya, tidaklah mampu memelihara berbagai hal dengan pasti, dan hal ini pun telah kita ketahui dari pengalaman. Sebab, meskipun Kristus mengatakan dan melakukan banyak hal yang mengesankan, yang tidak tertulis (Yoh. 20:30;21:25), tradisi tidak menyimpan satu pun bagi kita, semuanya lenyap, kecuali apa yang tertulis [dalam keempat Injil – ed.]. Oleh karena itu, yang tertulis inilah, yang harus kita pegang; dan merupakan berkat Allah bahwa kita memilikinya untuk kita patuhi; itulah perkataan sejarah yang pasti.
- III. Di hadapan kita terdapat Injil menurut Matius. Penulisnya lahir sebagai orang Yahudi, dan bekerja sebagai seorang pemungut cukai, sampai Kristus memanggilnya, dan dia pun meninggalkan rumah cukai, untuk mengikut Dia. Dan penulis merupakan salah seorang yang menyertai-Nya, yang senantiasa datang berkumpul dengan ... Tuhan Yesus ... yaitu mulai dari baptisan Yohanes sampai hari Yesus terangkat ke sorga (Kis. 1:21-22). Oleh sebab itu, ia merupakan saksi yang dapat diandalkan sehubungan dengan apa yang telah dicatatnya di sini. Konon ia telah mencatat sejarah ini sekitar delapan tahun setelah kenaikan Kristus ke sorga. Banyak penulis zaman tersebut yang mengatakan bahwa ia menulisnya dalam bahasa Ibrani atau bahasa Aram; namun tradisi ini disangkal oleh Dr. Whitby secara meyakinkan. Tidak diragukan lagi Injil ini ditulis dalam bahasa Yunani, seperti halnya bagian-bagian lain dalam Perjanjian Baru. Jadi, bukan dalam bahasa yang khusus digunakan oleh orang-orang Yahudi, yang baik bait Allahnya maupun negaranya hampir berakhir pada masa itu, namun dalam bahasa yang umum bagi dunia dan yang melaluinya pengetahuan tentang Kristus akan tersiar dengan efektif kepada seluruh bangsa di dunia. Namun bisa saja ada kemungkinan terdapat edisi dalam bahasa Ibrani yang diterbitkan Matius sendiri pada saat yang sama ketika dia menulisnya dalam bahasa Yunani. Edisi bahasa Ibrani itu untuk orang Yahudi, sedangkan edisi Yunani ditulis untuk orang-orang non-Yahudi, ketika dia meninggalkan Yudea untuk memberitakan Injil kepada mereka. Marilah kita memuji Allah karena kita memiliki Injil ini, dan memilikinya dalam bahasa yang kita pahami.
Jerusalem: Matius (Pendahuluan Kitab) INJIL-INJIL SINOPTIK
PENGANTAR
Ada empat kitab dalam Perjanjian Baru yang berisikan "Kabar Yang Baik" (demikianlah arti kata "Euaggelio...
INJIL-INJIL SINOPTIK
PENGANTAR
Ada empat kitab dalam Perjanjian Baru yang berisikan "Kabar Yang Baik" (demikianlah arti kata "Euaggelion" atau "Injil"). Tiga buah kitab pertama dalam daftar Kitab-kitab Suci itu sangat serupa satu sama lain, sehingga dapat ditempatkan dalam tiga lajur yang sejalan dan dirangkum dengan sekilas pandang saja. Karena itulah ketiga kitab itu disebut : (injil-injil) sinoptik (diturunkan dari kata Yunani "sinopsis", artinya sekilas pandang).
Tradisi Gereja Kristen, yang sudah diketemukan dalam karangan-karangan yang ditulis dalam abad II, menyatakan bahwa masing-masing injil dikarang oleh Matius, Markus dan Lukas. Menurut tradisi itu Matius, seorang pemungut cukai yang termasuk dewan Kedua Belas Rasul Mat 9:9; 10:3, yang pertama menulis injilnya buat orang Kristen bekas Yahudi di Palestina. Karyanya yang ditulis dalam bahasa "Ibrani", yaitu Aram, kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani. Yohanes Markus menyusun injilnya di Roma, sesuai dengan pengajaran agama yang diberikan Rasul Petrus. Yohanes Markus itu adalah seorang Kristen dari Yerusalem, Kis 12:12, yang membantu Paulus dalam karya kerasulannya, Kis 12:25;13:5, 13; Flm 24; 2Tim 4:11, dan juga Barnabas, Kis 15:37,39, pamannya, Kol 4:10. Sebagai "juru bicara" atau penterjemah" Markus juga membantu rasul Petrus, 1Ptr 5:13. Seorang murid lain Lukas, mengarang injil yang ketiga. Ia adalah seorang Kristen bekas kafir, Kol 4:10-14, dan dalam hal ini berbeda dengan Matius dan Markus. Ia berasal dari Antiokhia dan seorang tabib, Kol 4:14. Menurut pendapat sementara ahli Lukas menjadi teman seperjalanan Paulus waktu rasul itu menempuh perjalanannya yang kedua (Kis 16:10 dst) dan yang ketiga (Kis 20:5 dst). Iapun menyertai Paulus waktu dalam penahanan di Roma, baik untuk pertama kalinya, Kis 27:1 dst, maupun untuk kedua kalinya, 2Tim 4:11. Karena itu injil ketiga itu dapat dihubungkan dengan Paulus, bdk barangkali 2Kor 8:18, seperti injil Markus dihubungkan dengan Petrus. Lukas ini masih mengarang kitab lain lagi, yaitu Kisah Para Rasul. Baik injil kedua maupun injil ketiga langsung ditulis dalam bahasa Yunani.
Keterangan-keterangan tersebut yang diambil dari tradisi Gereja diteguhkan oleh penyelidikan masing-masing injil sendiri. Tetapi sebelum hal itu dikupas, baiklah terlebih dahulu dibahas hubungan ketiga injil itu satu sama lain ditinjau dari segi sastra. Ini lazimnya disebut sebagai "Masalah Sinoptik".
Masalah Sinoptik itu sudah dipecahkan oleh para ahli dengan macam-macam jalan. Masing-masing pemecahan yang diusulkan tidak mencukupi, tetapi semua mengandung kebenaran juga. Maka pemecahan-pemecahan yang bermacam-mecam itu dapat menolong untuk menyusun suatu keterangan menyeluruh tentang masalah itu. Mungkin sekali dan bahkan pasti bahwa ada suatu tradisi lisan bersama, yang dituliskan masing- masing penginjil dengan tidak bergantung satu sama lain, sehingga ada perbedaan- perbedaan dalam masing-masing karangan Tetapi tradisi bersama itu tidak dapat secukupnya menjelaskan mengapa ada begitu banyak kesamaan yang mengesankan antara ketiga injil itu sampai dengan hal-hal kecil dan dalam urutan bagian- bagiannya. Kesamaan semacam itu kiranya tidak mungkin kalau ketiga injil itu hanya berdasarkan ingatan saja, meski ingatan orang-orang timur di zaman dahulu sekalipun. Kesamaan yang ada itu lebih mudah diterangkan kalau ketiga injil itu berdasarkan satu atau beberapa tradisi tertulis. Tetapi kalau mau dipertahankan bahwa ketiga injil itu mengambil bahannya dari tradisi tertulis dengan tidak bergantung satu sama lain, maka sukar diterangkan mengapa kesamaan perbedaan antara ketiga injil tu memberi kesan bahwa ketiga penginjil saling mengenal, saling menuruti atau bahkan memperbaiki. Maka harus diterima bahwa ketiga injil, entah bagaimana, saling bergantung secara langsung. Jelaslah Lukas bergantung pada Markus. Tetapi kurang pasti bahwa Markus bergantung pada Matius, seperti dahulu lama sekali dianggap orang: ada banyak petunjuk bahwa ketergantungan kedua injil itu harus dibalikkan. Tidak begitu mungkin bahwa Matius langsung bergantung pada Lukas atau Lukas pada Matius. Memang ada kesamaan dan kesejajaran antara Matius dan Lukas, juga di mana kedua penginjil itu tidak menuruti Markus. Tetapi hal ini kiranya harus diterangkan dengan menerima bahwa Matius dan Lukas menggunakan satu atau beberapa sumber bersama, yang lain dari Injil kedua.
Untuk menerangkan duduknya perkara, kritik modern sudah mengajukan yang diistilahkan sebagai "teori kedua sumber". Sumber yang satu ialah Mrk; dalam bagian-bagian yang berupa cerita, Matius dan Lukas bergantung pada Markus. Sebaliknya, sabda dan wejangan (disebut sebagai "Logia") yang hanya sedikit sekali dalam Markus, oleh Matius dan Lukas diambil dari sumber lain. Sumber ini tidak dikenal, tetapi dapat diandalkan; lazimnya diistilahkan sebagai "Q" (huruf pertama dari kata Jerman "Quelle" = Sumber). Meskipun nampaknya sederhana, namun secara menyeluruh teori itu tidak memuaskan, barangkali justru karena kesederhanaannya. Teori itu tidak secukupnya memperhatikan segala sesuatu yang perlu diperhatikan sehubungan dengan masalah yang mau dipecahkan. Baik Markus seperti ada sekarang, maupun sebagaimana disusun oleh pembela teori kedua sumber tersebut, tidak berhasil benar-benar memainkan peranan sebagai sumber, seperti dikatakan pendukung teori itu.
Memang jelaslah Markus kerap kali nampaknya lebih tua dari pada Matius dan Lukas, tetapi juga kebalikannya sering terjadi : Matius dan Lukas nampaknya lebih tua dari pada Markus. Ada kalanya Markus mempunyai ciri yang mencerminkan tahap perkembangan tradisi lebih jauh dari pada yang tercantum dalam Matius dan Lukas, misalnya kadang-kadang terasa pengaruh pikiran Paulus atau usaha untuk menyesuaikan tradisi asli dengan pembaca yang bukan keturunan Yahudi, sedangkan dalam Matius dan Lukas terdapat ciri ketuaan misalnya ungkapan yang berciri Yahudi atau yang mencerminkan keadaan lingkungan di dalam keadaan yang mendahului keadaannya sekarang?
Hipotesa tersebut didukung pertimbangan lain lagi. Ada kalanya Matius dan Lukas bersesuaian satu sama lain, pada hal berbeda dengan Markus dalam bagian-bagian Injil yang sejalan. Ini tidaklah mungkin, seandainya Matius dan Lukas langsung bergantung pada Markus seperti sekarang ada. Kesesuaian Matius dan Lukas satu sama lin itu kerap kali terdapat dan kadang-kadang kesesuaian itu benar-benar mengherankan. Kesesuaian Matius dan Lukas yang berlainan dari Markus itu hendak diterangkan begitu rupa, sehingga teori kedua sumber itu dapat terus dipertahankan juga. Dikatakan bahwa kesesuaian itu berasal dari penyalin- penyalin Kitab Suci, yang menyesuaikan Matius dan Lukas satu sama lain. Kalau demikian kritik teks dapat menghilangkan kesesuaian itu. Dikatakan pula bahwa penginjil-penginjil sendiri menghasilkan kesesuaian itu, dengan jalan sebagai berikut : baik Matius maupun Lukas dengan tidak saling mengenal secara sama memperbaiki teks Markus yang mereka gunakan, sebab teks itu mereka anggap kurang baik. Memanglah keterangan-keterangan semacam itu kadang-kadang berhasil menjelaskan kesesuaian antara Matius dan Lukas yang kedua-duanya menyimpang dari Markus. Tetapi pengandaian-pengandaian serupa itu itu tidak mungkin memecahkan seluruh masalah. Dengan memperhatikan segala unsur yang perlu diperhitungkan, kesesuaian antara Matius dan Lukas itu lebih mudah dapat diterangkan, dengan cara seperti yang disarankan di muka : Matius dan Lukas menggunakan injil Markus dalam keadaan lain dari yang tersedia sekarang. Agaknya injil Markus yang asli itu kemudian disadur lagi. Dan penyaduran kembali itulah yang memberi injil Markus ciri-ciri baru yang memantulkan perkembangan, tradisi lebih jauh. Inipun menyebabkan bahwa Matius dan Lukas berkesuaian satu sama lain, sedangkan berbeda dengan Markus seperti sekarang ada. Sebab Matius dan Lukas dua-duanya memaik teks Markus yang lebih tua dari pada teks saduran tersebut yang sekarang tercantum dalam Kitab Suci.
Sumber "Q" yang diandaikan oleh teori kedua sumber itu juga kurang memuaskan, sekurang-kurangnya sumber "Q" seperti disusun kembali para sumber dipulihkan dengan hasil yang sangat berbeda-beda. Maka tidak dapat diketahui dengan cukup pasti bagaimana sesungguhnya dokumen itu. Bahkan prinsip bahwa ada satu dokumen tidak pasti juga. Sebab "logia-logia" yang dikatakan berasal dari "Q" itu ditemukan dalam Matius maupun dalam Lukas, tetapi dengan cara yang begitu berbeda, sehingga orang mulai menduga adanya dua kumpulan "logia-logia", dan bukan hanya sebuah saja. Di satu pihak logia-logia yang terdapat dalam bagian tengah Luk, yang kadang-kadang disebut "Bagian Perea" (Luk 9:51 -- Luk 18:14), agaknya berasal dari satu sumber, sedangkan "logia-logia" yang ditemukan dalam bagian- bagian Lukas yang lain diambil dari sumber yang berbeda. Baik "Logia-logia" yang terkumpul dalam Lukas 9:51 -- Luk 18:14, maupun yang terdapat di bagian-bagian lain pada umumnya terdapat juga dalam Matius. Tetapi anehnya, logia-logia macam kedua ditemukan dalam Lukas dan Matius dengan urutan yang pada pokoknya sama, pada hal "logia-logia" macam pertama dalam Lukas merupakan suatu keseluruhan sedangkan dalam Matius tersebar dalam seluruh injilnya. Ada kesan bahwa logia-logia macam kedua ini oleh Matius dan Lukas diambil dari sumber yang berbeda-beda. Sumber yang satu ialah sebuah kumpulan logia (yang oleh Vaganay disebut S = sources = sumber). Bagian terbesar itu oleh Lukas ditempatkan di bagian tengah injilnya (Luk 9:51 -- Luk 18:14), sedangkan oleh Matius dipisah-pisahkan sehingga "logia-logia" dari sumber itu tersebar dalam wejangan-wejangan Yesus yang disajikan Matius Sumber kedua ialah injil Matius dalam keadaan lain dari pada keadaan sekarang.
Memang sama seperti halnya dengan Markus, agaknya perlu diterima bahwa Matius dan Lukas juga pernah ada dalam keadaan lain dari pada keadaannya sekarang. Matius dan Lukas yang tercantum dalam Kitab Suci merupakan saduran dari injil- injil Matius dan Lukas yang sudah ada sebelumnya. Analisa Matius dan Lukas -- analisa itu di sini tidak dapat diadakan-membawa kepada kesimpulan bahwa sekurang-kurangnya Markus dan Matius menempuh tiga tahap perkembangan yang berturut-turut. Ada sebuah dokumen dasar, disusul redaksi pertama yang pada gilirannya disadur sampai ke redaksi yang kini tersedia. Dalam ketiga tahap itu Markus dan Matius saling berpengaruh dengan cara yang berbeda-beda, sehingga akhirnya muncul hubungan-hubungan literer, baik kesamaan maupun perbedaan, seperti sekarang ada. Redaksi Markus yang pertama agaknya terpengaruh oleh dokumen dasar Matius. Karena itu Markus mempunyai kesamaan dengan Matius, yakni di mana Markus bergantung pada dokumen dasar Matius itu: tetapi redaksi yang terakhir pada gilirannya mempengaruhi redaksi Matius yang paling akhir, sehingga redaksi Matius ini bergantung pada Markus. Pengaruh timbal-balik semacam itu nampaknya berbelit-belit dan tidak keruan. Memang demikianlah adanya, hanya begitu caranya untuk menjelaskan kenyataan yang berbelit-belit dan tidak keruan! Mustahilah secara sederhana dan mudah memecahkan masalah sinoptik.
Atas dasar pertimbangan-pertimbangan sastra tersebut, dapat disusun suatu keterangan menyeluruh, yang walaupun tidak pasti namun sangat mungkin untuk menjelaskan keadaan ketiga injil pertama. Pada awal mula ada pewartaan lisan oleh para rasul yang berpusatkan pemberitaan atau Kerigma yang memberitakan wafat Yesus yang menebus dan kebangkitan Tuhan. Pewartaan yang ringkasannya terdapat dalam wejangan-wejangan Petrus, yang tercantum dalam Kis itu biasanya dibarengi cerita-cerita yang lebih terperinci. Mula-mula ada kisah sengsara yang agak segera diberi bentuk tetap, sebagaimana dibuktikan kisah sengsara yang ada dalam keempat injil, yang sangat sejalan: kemudian muncul cerita-cerita kecil mengenai riwayat hidup Yesus dengan maksud menyoroti kepribadianNya, perutusan kekuasaan dan pengajaranNya; cerita-cerita itu memuat suatu kejadian atau wejangan yang menarik, sebuah mujizat, sebuah pepatah, perumpamaan dan sebagainya. Kecuali para rasul ada juga orang lain yan gkhususnya bercerita, seperti misalnya "penginjil-penginjil" (salah satu karunia Roh Kudus khusus yang tidak hanya mengenai keempat penginjil kita; bdk Kis 21:8; Ef 4:11; 2 Tim 4:5). Orang-orang inipun menceritakan kenangan-kenangan injili dalam sebuah bentuk yang menjurus ke bentuk tetap karena terus terulang. Tidak lama kemudian, terutama waktu saksi-saksi dari permulaan mulai memikirkan penulisan tradisi itu. Kejadian-kejadian dan sebagainya yang mula-mula diceritakan tersendiri- tersendiri, cenderung menjadi kelompok, yang kadang-kadang disusun menurut urutannya dalam waktu (misalnya pada satu hari di Kapernaum, Mrk 1:16-39), kadang-kadang menurut urutan yang logis (lima pertikaian Mrk 2:1-3:6). Kelompok yang mula-mula kecil saja, kemudian dihimpun di dalam kelompok-kelompok lebih besar.
Salah seorang pengarang (dan tidak ada alasan mengapa tidak disebut rasul Matius sesuai dengan tradisi) lalu menggubah injil yang pertama. Di dalamnya terkumpul kejadian-kejadian dan perkataan-perkataan Yesus menjadi sebuah kisah terus- menerus yang merangkum seluruh karya Yesus, mulai dengan baptisanNya di sungai Yordan sampai dengan kebangkitanNya. Kemudian, sebuah kumpulan lain yang nama penyusunannya tidak kita ketahui, muncul di samping injil yang pertama itu. Di dalamnya terhimpun perkataan-perkataan Tuhan yang lain, ataupun perkataan- perkataan yang sama tapi dengan bentuk lain. Kedua karya yang tertulis dalam bahasa Aram itu, tidak lama kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani: ada berbagai terjemahan yang berbeda-beda. Dengan maksud menyesuaikannya dengan saudara-saudara beriman yang bukan keturunan Yahudi, injil pertama yang menurut hemat kami digubah oleh Matius, diberi rupa yang baru. Injil yang baru itu berupa sebuah dokumen dan menjadi titik pangkal tradisi Markus. Pada kedua bentuk injil asli yang berasal dari Matius itu boleh ditambahkan sebuah injil kuno lain. Injil itu ialah injil yang menjadi dasar bagi kisah-kisah mengenai Penderitaan dan Kebangkitan Yesus yang tercantum dalam Lukas dan Yohanes. Dengan demikian ada empat dokumen-dasar, sebagai tahap pertama dari ketiga tahap pembentukan injil-injil sinoptik seperti disebut di atas. Keempat dokumen itu ialah : Mat Aram, Kumpulan logia-logia I (S). Mat yang baru dalam bahasa Yunani injil tentang Penderitaan dan Kebangkitan Yesus.
Dalam tahap kedua, keempat tulisan tersebut dipungut dan digabung satu sama lain dengan berbagai cara. Tradisi Mrk mengambil bahannya dari Mat pertama itu dan beberapa penyesuaian yang dialami injil itu, khususnya penyesuaian dengan orang- orang Kristen yang bukan Yahudi. Hanya pengolahan itu juga belum redaksi Mrk yang terakhir, seperti yang kita kenal. Redaksi Mrk yang pertama itulah yang dipakai Mat dan Luk dan yang mempengaruhi kedua penginjil itu. Di pihak lain tradisi Mat sudah menghasilkan redaksi baru dari Mat pertama. Di dalamnya tergabung injil Mat dan Kumpulan "logia-logia" (S). Penulis yang mengerjakan penggabungan itu bekerja dengan sangat teliti Perktaan-perkataan Yesus yang terhimpun dalam S disebarkannya dalam seluruh injilnya dan dengannya penulis menyusun wejangan-wejangan Yesus yang cukup luas. Tidak lama kemudian Lukas menangani karyanya. Dengan saksama Lukas menyelidiki segala sesuatunya yang sudah dikerjakan sebelumnya (Luk 1:1-4). Lalu dalam tahap pertama pekerjaannya - semacam pra-Luk-Lukas memanfaatkan dokumen (Mat dengan rupa baru) yang tertuju kepada orang-orang bukan Yahudi dan yang menjadi dasar bagi Mrk; di samping itu Lukas menggunakan Injil Mat yang sudah tergabung dengan S. Tetapi Lukas juga langsung mengenal Kumpulan S itu. Maka perkataan-perkataan yang terhimpun dalam S itu oleh Lukas kelompok ditempatkan di bagian tengah injilnya, sehingga tidak disusun kembali seperti yang diperbuat Mat. Terutama dalam kisah mengenai Penderitaan dan Kebangkitan Yesus, Lukas menggunakan sebuah tulisan lain lagi, yang juga dipakai oleh injil keempat. Itu menyebabkan adanya kesamaan besar antara Luk dan Yoh dalam kisah tentang Penderitaan dan Kebangkitan, sedangkan Luk (dan Yoh) berbeda sekali dengan Mrk dan Mat. Redaksi Luk yang pertama itu (pra-Luk) belum mengenal Mrk, juga dalam redaksi Mrk yang kedua tidak. Baru kemudian Luk memanfaatlam pra-Mrk itu untuk melengkapi injilnya. Dan dengan demikian kita sampai kepada tahap penyusunan injil-injil sinoptik yang ketiga.
Dalam tahap terakhir ini injil yang berasal dari tradisi Mat secara mendalam diolah dan disadur kembali dengan pertolongan Mrk. Hanya Mrk itu bukanlah redaksi Mrk yang kita miliki, melainkan redaksi dahulu yang disebut di muka sebagai tahap kedua dalam penggubahan injil-injil sinoptik. Hanya redaksi Mrk pertama itu juga disadur dan penyadur itu memperhatikan juga redaksi Mat yang mendahului redaksi terakhir. Barangkali ia juga memanfaatkan redaksi Luk yang pertama dan pasti terpengaruh oleh Paulus. Adapun redaksi Luk yang terakhir memanfaatkan redaksi Mrk yang sudah dipergunakan Mat. Dalam rangka redaksi Luk yang pertama disisipkan beberapa bagian dari Mrk (Luk 4:31-6:19; 8:4-9:50; 18:15-21:38). Penyisipan itu benar-benar sebuah tahap dalam karya Luk yang baru kemudian ditempuh. Ini dibuktikan oleh kenyataan bahwa Luk tidak mengambil bahan dari Mrk, bila bahan yang sama, meskipun dengan bentuk lain, sudah dipungutnya dari sumber Mat atau S yang telah dipakainya. Perlu ditambah pula bahwa Lukas sama dengan Mat dan lebih dari Mat memanfaatkan sumber-sumber khusus yang ditemukannya berkat penyelidikan saksama yang diadakannya (Luk 1:3). Dari sumber-sumber khusus itu dipungutnya kisah masa muda Yesus dan beberapa mutiara yang membuat Luk menjadi sebuah injil yang tidak boleh tidak ada disamping Mrk dan Mat (Orang Samaria yang murah hati, Marta dan Maria, Perumpamaan anak yang hilang. Perumpamaan anak yang hilang, Perumpamaan tentang orang Farisi dengan pemungut cukai, dan lain-lain.
Pandangan mengenai kejadian ketiga injil sinoptik, seperti yang disajikan di atas, menghormati serta menggunakan keterangan-keterangam yang disampaikan oleh tradisi dengan hanya memerincikannya lebih jauh. Tetapi tak mungkin lagi menentukan dengan tegas tanggal dituliskannya masing-masing injil. Dan tradisi tidak memberikan petunjuk tegas mengenai masalah itu. Mengingat jangka waktu yang perlu untuk perkembangan tradisi lisan boleh diduga bahwa penggubahan injil paling dahulu dan baru kemudian penggubahan Kumpulan Pelengkap, mungkin terlaksana antara tahun 40 dan 50. Waktu ini bahkan pasti, seandainya dapat dibuktikan bahwa surat-surat Paulus kepada jemaat di Tesalonika yang ditulis sekitar tahun 51/52 menggunakan wejangan Yesus mengenai akhir zaman yang tercantum dalam injil pertama. Markus tentunya mengarang injilnya menjelang akhir hidup Petrus (begitu dikatakan oleh Klemens dari Aleksandria) atau beberapa waktu setelah Petrus mati (begitu dikatakan oleh Irenus) Kalau demikian maka injil kedua harus dikarang sekitar tahun 64, atau paling sedikit sebelum tahun 70, sebab rupanya Mrk belum tahu tentang kemusnahan Yerusalem. Karya Mat (Yunani) dan Luk menyusul Mrk. Tetapi sukar ditentukan waktu lebih lanjut. Injil Lukas mendahului Kisah Para Rasul, Kis 1:1, tetapi waktu Kis juga kurang pasti (bdk Pengantar Kis) dan tidak memberi pegangan yang kokoh-kuat. Hanya baik Mat maupun Luk kiranya tidak tahu tentang kemusnahan Yerusalem (bahkan Luk 19:42-44; 21:20-24 tidak, sebab di sini hanya dipakai cara bicara yang lazim pada para nabi). Tetapi boleh jadi kedua injil itu mendiamkan kemusnahan Yerusalem itu untuk memberi kesan tua dan karena mau menghormati sumber-sumbernya. Kalau demikian maka waktu dituliskannya kedua injil itu boleh ditunda sampai sekitar tahun 80. Tetapi boleh jadi juga bahwa kedua penginjil itu benar-benar tidak tahu-menahu tentang kejadian itu, sehingga karya mereka harus ditempatkan sebelum tahun 70.
Tetapi bagaimanapun juga, asal-usul rasuli, entah secara langsung entah secara tak langsung, dan caranya ketiga injil sinoptik terbentuk menjamin nilai historisnya, lagi pula memungkinkan menentukan bagaimana "nilai historisnya, lagi pula memungkinkan menentukan bagaimana "nilai historis" itu perlu dipahami. Oleh karena berasal dari perwataan lisan yang berawal pada permulaan jemaat purba, maka ketiga injil itu berdasarkan jaminan yang diberikan oleh orang yang dengan mata kepala sendiri menyaksikan segalanya. Sudah barang tentu baik para rasul maupun pewarta injil lain tidak pernah bermaksud menceritakan "sejarah", sebagaimana istilah itu dipahami oleh ahli ilmu sejarah. Maksud mereka bukan maksud profan melainkan teologis. Mereka berbicara untuk mengajak orang bertobat, untuk membina, menanamkan iman dalam hati dan meneranginya atau untuk membela kepercayaan Kristen terhadap para lawan. Tetapi mereka berbuat demikian berdasarkan kesaksian benar yang dapat dikontrol, sebagaimana dituntut baik oleh ketulusan hati nurani mereka sendiri maupun oleh usaha mereka supaya tidak memberi peluang pihak lawan untuk menyerang. Para penggubah injil yang kemudian mengumpulkan kesaksian-kesaksian para pewarta injil itu berbuat demikian dengan obyektivitas jujur yang sungguh menghormati sumber-sumbernya. Ini cukup terbukti oleh kesederhanaan dan ciri usia tua karya-karya mereka, di mana tidak banyak terdapat perkembangan ajaran Kristen di zaman kemudian, misalnya dari perkembangan teologi Paulus; dan sama sekali tidak terdapat dalam ketiga injil sinoptik cerita-cerita yang merupakan buah daya khayal belaka yang kurang masuk akal, sebagaimana banyak terdapat dalam injil-injil apokrip. Walaupun ketiga injil Sinoptik bukan buku "ilmu sejarah" namun maksudnya ialah memberitakan apa yang sungguh-sungguh terjadi.
Namun demikian ciri historis semacam itu belum juga berarti bahwa segala kejadian dan semua perkataan yang dipaparkan berupan sebuah laporan atau rekaman tepat mengenai apa yang dikatakan atau apa yang terjadi. Ketepatan semacam itu tidak boleh diharapkan seperti yang terjadi pada setiap kesaksian manusiawi, apa lagi kalau kesaksian itu disampaikan dari mulut ke mulut. Dan kenyataan injil sendiripun mengingatkan bahwa pendekatan semacam itu tidak tepat. Sebab kita lihat dalam injil-injil sinoptik bahwa cerita atau perkataan yang sama disampaikan dengan cara yang berbeda-beda. Dan apa yang harus dikatakan tentang masing-masing bagian, lebih lagi harus ditekankan sehubungan dengan urutan dan susunan kejadian dan perkataan dalam masing-masing injil. Urutan itu jelas berbeda dalam masing-masing injil, dan begitupun dapat dinantikan mengingat bagaimana injil-injil itu disusun. Unsur-unsurnya mula-mula diceritakan tersendiri, kemudian lama-kelamaan dikumpulkan dan dikelompokkan, didekatkan satu sama lain, atau dilepaskan yang satu dari yang lain atas dasar pertimbangan-pertimbangan yang lebih memperhatikan logika dan sistematik dari pada urutan waktu. Harus diterima bahwa banyak kejadian dan perkataan dalam injil-injil sudah dilepaskan dari tempat di mana atau dikatakan terjadi dan dari rangka waktu aslinya. Salah benar orang yang secara harafiah mengartikan kata penghubung dan ungkapan seperti : kemudian, selanjutnya, lalu, pada waktu itu, dan sebagainya. Tetapi kesemuanya itu tidak merugikan sedikitpun kewibawaan kitab-kitab yang diinspirasikan itu bagi kepercayaan Kristen. Kalau ternyata Roh kudus tidak mendorong ketiga juru-bicaranya itu menjadi sejiwa dan sehati bahkan seragam dalam hal-hal terperinci, maka sebabnya ialah : Roh Kudus tidak menganggap penting bagi kepercayaan, bahwa ada keseragaman materiil semacam itu. Bahkan Roh Kudus menghendaki perbedaan-perbedaan dalam kesaksian. Heraklitus mengatakan : "Kesepakatan diam-diam lebih bernilai dari kesepakatan jelas". Sebuah kejadian yang disampaikan kepada kita melalui tradisi-tradisi yang berbeda-beda dan malah tidak berkesesuaian satu sama lain (misalnya tradisi- tradisi mengenai penampakan-penampakan Yesus yang dibangkitkan dari alam maut) pada pokoknya mendapat suatu isi dan keteguhan yang tidak dapat diberikan oleh berita-berita yang seluruhnya sama bunyinya, tetapi hanya berupa pemberitahuan dan laporan belaka. Dan kalau perbedaan dalam kesaksian tidak hanya disebabkan oleh nasib yang dialami setiap kesaksian, karena disampaikan dari mulut ke mulut, tetapi juga oleh perubahan-perubahan yang disengaja, maka hal inipun masih membawa manfaat juga. Tidak boleh diragukan, bahwa para penggubah injil dengan sengaja menyajikan berita-beritanya dengan cara yang berlain-lainan. Dan sebelum penggubah injil, tradisi lisan sudah menyampaikan bahannya sambil menafsirkannya dan menyesuaikannya dengan keperluan-keperluan kepercayaan Kristen yang hidup dan yang justru diteruskan oleh para penginjil. Tetapi turun tangan jemaat Kristen dalam bentuk tradisinya terjadi di bawah bimbingan mereka yang bertanggung-jawab. Dan hal itu tak perlu membingungkan kita, tetapi sebaliknya sangat menguntungkan kita. Sebab jemaat itu tidak lain kecuali Gereja dan orang-orang yang bertanggung-jawab tersebut merupakan "wewenang mengajar" yang pertama. Roh Kudus yang pada waktunya menginspirasikan para penginjil sudah mengetuai segenap karya pengolahan yang mendahului injil tertulis. Roh itu membimbing pengolahan itu sesuai dengan perkembangan kepercayaan dan Iapun menjamin hasil pengolahan itu dengan karunia "tidak dapat sesat", yang tidak mengenai kejadian-kejadian sebagai kejadian belaka, tetapi berita rohani yang terkandunt dalam kejadian. Dengan jalan itu Roh Kudus menyediakan makanan yang dapat dinikmati oleh kaum beriman. Dan Roh Kuduslah yang memberi kepada ketiga penginjil Sinoptik suatu karunia khusus untuk menyajikan kabar yang sama dengan cara yang merupakan milik khas masing-masing penginjil.
Injil Karangan Matius
Cahaya iman tersebut dan garis-garis besar Mrk mudah diketemukan kembali dalam injil karangan Matius. Tetapi tekanannya berbeda. Rangka Mat berlainan dari rangka Mrk dan lebih berbelit-belit. Ada lima "buku" kecil yang susul- menyusul; masing-masing terdiri atas sebuah wejangan yang didahului dan disiapkan dengan beberapa kejadian yang dipilih dengan tepat. Bersama dengan kisah masa muda Yesus dan kisah sengsara kebangkitan kelima "buku" tersebut menjadi suatu keseluruhan seimbang yang terbagi menjadi tujuh bagian. Boleh jadi kerangka susunan tersebut berasal dari injil Matius dalam bahasa Aram, sebagaimana juga masih terdapat dalam Mrk. Bagaimanapun juga kerangka itu tampil jelas dalam Mat Yunani dengan lebih lengkap menyajikan pengajaran Yesus dengan menekankan "Kerajaan Sorga" sebagai pokok utama, Mat 4:17+. Injil Mat itu boleh dikatakan sebuah "drama" tujuh bab mengenai kedatangan Kerajaan Sorga :
1) persiapannya dalam Mesias yang masih kanak-kanak, 1-;
2) pemakluman rencana Kerajaan Sorga kepada rakyat dan murid dalam "khotbah di Bukit", 3-7;
3) pewartaan Kerajaan itu oleh para utusan yang sama seperti Yesus mengerjakan mujizat-mujizat sebagai "tanda-tanda" yang meneguhkan perkataan mereka; sebuah wejangan khusus memberikan kepada para utusan itu petunjuk-petunjuk sehubungan dengan perutusan mereka, yaitu "Wejangan Perutusan", 8-1;
4) Kerajaan Sorga tidak dapat tidak menghadapi hambatan-hambatan dari pihak manusia, sesuai dengan tata laksana dalam kerendahan dan persembunyian yang dikehendaki Allah, sebagaimana diutarakan dalam "Wejangan Perumpamaan- perumpamaan", Mat 11:1-13:52;
5) permulaan Kerajaan Sorga dalam sekelompok murid yang dikepalai oleh Petrus dan yang merupakan pangkal Gereja yang tata tertibnya dibentangkan dalam "Wejangan perihal Jemaat" Mat 13:53-18:35;
6) kemelut yang menyiapkan kedatangan Kerajaan Sorga yang depinitip; kemelut itu ditimbulkan oleh perlawanan yang semakin sengit dari pihak para pemimpin Yahudi dan dinubuatkan dalam "Wejangan tentang akhir zaman". 19-2;
7) Kedatangan Kerajaan Sorga melalui sengsara dan kemenangan ialah Sengsara dan Kebangkitan Yesus, 26-28.
Kerajaan Allah (= Sorga yang harus menegakkan Pemerintahan yang berdaulat di tengah-tengah manusia yang akhirnya mengakui Allah sebagai Raja, mengabdi dan mencintaiNya itu, sudah dinubuatkan dalam Perjanjian Lama. Maka Matius yang menulis di tengah-tengah orang Yahudi dan Yesus serta karyaNya Kitab Suci digenapi. Pada tiap-tiap titik balik injilnya, Matius mengutip Perjanjian Lama dengan maksud memperlihatkan bahwa Hukum Taurat dan para Nabi digenapi, artinya: tidak hanya dilaksanakan, tetapi juga dibawa ke kesempurnaan yang memahkotai dan melampauinya. Mat mengutip Perjanjian Lama sehubungan dengan Yesus sendiri untuk menyatakanNya sebagai keturunan Daud, Mat 1:1-17, yang lahir dari seorang perawan, Mat 1:23, di kota Betlehem Mat 2:6; hendak menggaris bawahi tinggalNya di negeri Mesir dan menetapkanNya di kota Kapernaum, Mat 4:14-16, serta masukNya ke Yerusalem sebagai Mesias, Mat 21:5, 16. Mat juga mengutip Kitab Suci sehubungan dengan karya Yesus : mujizat-mujizatNya dengan menyembuhkan orang sakit, Mat 11:4-5, pengajaranNya mengenai "penggenapan" hukum Taurat, Mat 5:17 yang terdiri atas peningkatan hukum Taurat, Mat 5:21-48; 19:3-9; 16:21. Tetapi Mat tidak kurang menonjolkan bahwa perendahan diri Yesus dan kegagalan karyaNya juga menggenapi Kitab Suci pula : pembunuhan atas kanak-kanak di Betlehem, Mat 2:17 dst, masa muda Yesus yang bersembunyi di Nazaret, Mat 2:23, kelembutan hati Sang Hamba yang berbelaskasih, Mat 12:17-21; bdk Mat 8:17; 11:29; 12:7; murid-murid yang meninggalkanNya, Mat 26:31, pengkhitanan demi sejumlah uang yang menertawan, Mat 27:9- 10, penahan Yesus, Mat 26:54, penguburanNya untuk jangka waktu tiga hari, Mat 12:40. Kesemuanya itu sesuai dengan rencana Allah sebagaimana terungkap dalam Kitab Suci. Demikianpun halnya dengan ketidak-percayaan orang Yahudi. Mat 13:13-15, yang lekat pada adat istiadat manusiawi, Mat 15:7-9, dan yang hanya dapat diberi pengajaran pengajaran rahasia berupa perumpamaan, Mat 13:14-15, 35; semuanya dinubuatkan dalam Kitab Suci. Tentu saja injil-injil sinoptik lainpun menggunakan Kitab Suci sebagai pembuktian, tetapi kiranya diambil dari Mat Aram, sedangkan Mat Yunani menonjolkan dan mengembangkan pembuktian alkitabiah itu begitu rupa sehingga menjadi ciri khas injilnya. Bersama dengan susunan sistematik justru ciri alkitabiah tersebut menjadikan karya Matius sebuah "Piagam" tata penyelamatan baru yang menggenapi rencana Allah melalui Kristus : Yesus adalah Anak Allah, hal mana lebih ditekankan oleh Mat dari pada oleh Mrk, 14:33; 16:16; 22:2; 27:40, 43; pengajaranNya merupakan Hukum Baru yang menggenapi yang lama; Gereja yang dilandaskanNya atas Petrus, sedangkan Ia sendiri menjadi batu sendinya yang telah dibuang oleh para pembangun, Mat 21:42, tidaklah lain dari jemaat Mesias yang melanjutkan Jemaat Perjanjian Lama sementara memperluas jemaat lama sampai merangkum bangsa manusia seluruhnya, oleh karena Allah telah mengizinkan bahwa mereka yang pertama dipanggil ditolak, Mat 23:34-38; bdk Mat 10:5-6, 23; 15:24, dengan maksud membuka jalan penyelamatan bagi sekalian bangsa, Mat 8:11-12; 21:33-46; 22:1-10; bdk 12:18, 21; 28:19. Dapat dipahami mengapa injil Mat yang lebih lengkap, lebih baik tersusun dan ditulis dalam bahasa yang lebih baik dari bahasa Mrk, walaupun kurang sedap itu, oleh Gereja semula disambut dengan lebih baik dan dipergunakan dengan lebih leluasa dari pada kedua injil sinoptik lain.
Ende: Matius (Pendahuluan Kitab) INDJIL JESUS KRISTUS KARANGAN MATEUS
KATA PENGANTAR
Tentang pengarang Indjil ini
Karangan Indjil ini sedjak semula terkenal sebagai jang pertama, dan ...
INDJIL JESUS KRISTUS KARANGAN MATEUS
KATA PENGANTAR
Tentang pengarang Indjil ini
Karangan Indjil ini sedjak semula terkenal sebagai jang pertama, dan sebagai tertulis oleh Rasul Mateus. Terdapat kutipan-kutipan dari padanja sudah dalam abad pertama, misalnja dalam buku ketjil peladjaran agama jang berdjudul "Didache", dalam surat Bapa Sutji Klemens dari Roma kepada umat Korintus, dan didalam surat-surat termashur Ignatius Martir, uskup Antiochia.
Mengenai pribadi dan riwajat hidup Mateus kita tahu sedikit sadja. Satu-satunja peristiwa tentangnja didalam Kitab Kudus, ialah peristiwa panggilannja, jang ditjeritakan olehnja sendiri dalam 9:9-13, oleh Markus dalam karangan Indjilnja 2:13-17 dan oleh Lukas dalam 5:27-32. Selain itu hanja disebut namanja dalam daftar nama semua rasul. Didalam tjeritera panggilannja ia sendiri menjebut dirinja Mateus, sedangkan Markus dan Lukas menamakannja Levi. Diduga bahwa nama aslinja Levi dan kemudian sebagai rasul ia disebut Mateus.
Dari ketiga tjeritera tersebut kita ketahui, bahwa bapanja Alfeus, dan sebelum dipanggil oleh Jesus ia seorang pemungut bea di Kafarnaum, agaknja sebagai pegawai Herodes. Dalam daftar nama segala rasul (10:5) ia menamakan dirinja ,Mateus, pemungut bea". Djulukan itu bukan gelaran kehormatan, melainkan sebaliknja pangkat pemungut bea sangat dipandang hina oleh orang Jahudi jang "saleh". Mereka digolongkan pada kaum pendosa dan terasa tak halal bergaul agak erat dengan mereka, misalnja makan semedja dengan mereka. Itu antara lain kita batja dalam Mt. 9:11; Mk. 2:16; Lk. 5:30. Dan memang ada alasan untuk bersikap demikian terhadap mereka. Sebab rupanja kebanjakan mereka tidak djudjur, memperkaja dirinja dengan menuntut bea lebih banjak dari pada jang ditentukan dengan resmi. Mengenai hal itu baik batjalah amanat Joanes Pemandi kepada mereka dalam Lk. 3:12-13. Rupanja Zacheuspun, dalam berita Lk. 19:3-10, termasuk golongan jang kurang djudjur itu, sebelum ia bertemu dengan Jesus. Perhatikanlah chususnja ajat Lk. 19:8. Tetapi orang Jahudi chususnja kaum parisi jang menganggap dirinja golongan jang paling saleh, terlalu menjamaratakan. Bahwa ada banjak pemungut bea, jang djudjur dan luhur hati sudah njata sekali dalam tjatatan Mk. 2:15, bahwa sedjumlah besar pemungut bea dan "orang berdosa" turut makan bersama dengan Jesus sebab banjak dari antara mereka sudah mengikuti Jesus. Tentu sadja Mateuspun termasuk golongan ini dan sebab itu sudah mengenal Jesus dan Jesus mengenal dia, sebelum ia dipanggil mendjadi rasul. Dan bahwa ia tidak lekat pada barang duniawi, dan benar-benar menaruh tuntutan pertama untuk masuk kedalam Keradjaan Allah, jaitu roh kemiskinan, terang sekali sebab ia segera bangun meninggalkan segalanja dan mengikuti Jesus. Dan bukan sedikit jang ditinggalkannja, jaitu pangkat jang ringan pekerdjaannja dan banjak penghasilannja, djuga kalau dilakukan dengan djudjur, dan lagipun ia tentu tjukup kaja, sebab mampu mengadakan suatu perdjamuan "besar" (Lk. 5:29) bagi Jesus dan para pengiringnja dan sedjumlah besar undangan-undangan lain lagi.
Tentang hidup Mateus sesudah Pentekosta kita tahu sedikit dari riwajat lisan jang dapat dipertjajai. Menurut itu ia mengadjar dahulu di Palestina dan disinipun menulis Indjilnja, lalu pergi menjebarkan Indjil kepada bangsa-bangsa bukan Jahudi. Seorang murid rasul-rasul bemama Papias telah menulis kira-kira dalam tahun 125, bahwa Mateus telah mengumpulkan setjara teratur "sabda-sabda" Jesus, dalam bahasa lbrani (Aramea), dan Esebius, seorang penulis sedjarah Geredja jang terkemuka, menulis sekitar tahun 300, bahwa Mateus pertama-tama mengadjar orang sebangsanja di Palestina, dan sebelum meninggalkan mereka untuk mengadjar bangsa-bangsa lain, ia mewariskan kepada mereka, sebagai pengganti kehadirannja sendiri, karangan Indjil tertulis dalam bahasa nenek-mojang mereka.
Karangan asli dalam bahasa Aramea itu diduga ada tertulis antara tahun 40 dan 50, dan 10 atau 20 tahun kemudian, sudah diterdjemahkan kedalam bahasa Junani. Menurut Papias beberapa "orang lain menterdjemahkannja, masing-masing sekedar kemampuannja". Djadi waktu Papias sudah ada beberapa terdjemahan, jang agak berbeda satu sama lain. Satu dari terdjemahan-terdjemahan itu kemudian diterima dengan resmi oleh Geredja purba, sebagai karangan Mateus dan sebagai termasuk Kitab Kudus. Menurut keterangan Geredja agak resmi, terdjemahan ini dalam keseluruhannja, jaitu mengenai isinja tjotjok dengan aslinja, demikian rupa sehingga Mateus harus dinamakan pengarangnja. Menurut Papias, Mateus telah mengumpulkan "logia-logia" Jesus. "Logia" itu biasa diterdjemahkan dengan "sabda", tetapi sekurang-kurangnia dewasa itu, arti kata itu lebih luas, sehingga perbuatan-perbuatan dan peristiwa-peristiwa hidup Jesus termasuk padanja djuga.
Rupa-rupanja penterdjemah agak erat mengikuti teks asli, tetapi ada sardjana jang berpendapat atau menduga, bahwa ia sana-sini mengubah susunan asli dan menambah pula bahan dari sumber-sumber jang lain. Soal-soal ilmiah itu tidak mengenai hakekat Indjil dan tidak penting bagi kita. Bagi kita tjukup kepastian, bahwa seluruh karangan Indjil jang kita punjai dalam Kitab Kudus, terdjamin kebenarannja sebagai wahju Allah dan diilham oleh Roh Kudus, oleh djabatan Geredja jang resmi.
Mengenai bahasa dan gaja bahasa, penterdjemah bekerdja dengan sangat bebas. Itu terang sebab bahasanja Junani murni sekali dan rapih teratur menurut tatabahasa Junani. Gaja-bahasapun pada umumnja tidak berbeda dengan jang lazim dewasa itu pada orang Junani. Bahasanja sederhana, tetapi barus dikatakan elok djuga.
Namun demikian masih terdapat bekas-bekas karangan asli berbabasa Aramea djuga, seperti istilah-istilah dan ungkapan-ungkapan Aramea jang tidak diterdjemahkan, lain jang diterangkan artinja dalam bahasa Junani, lain pula jang diterdjemahkan kata-demi-kata, sehingga tetap bertjorak bahasa Jahudi. Hal-hal itu mengesankan, bahwa karangan asli berbahasa Aramea benar. Tetapi jang lebih djelas membuktikan, sepandjang karangan, bahwa pengarang asli sungguh-sungguh seorang Jahudi tulen jang hidup di Palestina, ialah pengetahuannja jang teliti dan luas tentang keadaan dan suasana hidup ditanah itu. Itu misalnja mengenai hal-hal ilmu-bumi, tjorak-tjorak alam, kehidupan keagamaan dan kemasjarakatan, adat-istiadat, partai-partai dan masalah-masalah politik. Pun tentang hal-hal keuangan, dan dalam itu kita barangkali melihat seorang bekas pemungut bea.
Tentang susunan karangan
Tidak seorangpun dari pengarang-pengarang Indjil bermaksud menulis suatu buku sedjarah atau riwajat hidup Jesus. Mateus kurang lagi dari pada pengarang- pengarang jang lain. Ia memang mulai dengan kelahiran Jesus dan mengachirinja dengan wafat dan kebangkitan Jesus, tetapi selain dalam garis besar itu, ia sedikit sekali mengindahkan urutan waktu dalam menjusun pengadjaran-pengadjaran Jesus atau peristiwa-peristiwa jang ditjeritakannja. Njatalah rentjananja menulis satu buku peladjaran agama jang djelas dan mengesankan, tentu sadja sebagai ringkasan pengadjarannja sehari-hari bagi umat. Sebab itu ia mengumpulkan sabda-sabda dan adjaran-adjaran Jesus, jang agak sama isi dan tudjuannja, sehingga mendjadi satu pengadjaran (chotbah) agak pandjang. Demikian misalnja dalam 4:12-7:29; 13: 1-58;19:1-20:34.
Tak lain sikapnja terhadap mukdjizat-mukdjizat atau peristiwa-peristiwa jang lain. la menghubung dengan memandang isi dan tudjuannja. Ia mengindahkan hanja adjaran jang terkandung didalamnja dan sebab itu tjeritera-tjeriteranja pada umumnja ringkas sadja dengan menondjolkan intinja berupa adjaran itu. Haruslah kita perhatikan tjara bekerdja Mateus itu, supaja djangan kita ragu-ragu atau keliru, kalau kita menemukan bahwa tempat dan waktu peristiwa-peristiwa jang diriwajatkan Mateus tidak tjotjok dengan karangan-karangan Indjil lain. Demikian pula harus diperhatikan, bahwa kata-kata penghubung waktu, seperti misalnja "lalu", "kemudian", pada hari (masa) itu" sebenarnja tidak dimaksudkan sebagai penghubung waktu, melainkan merupakan "awal kata" sadja, jaitu unsur gaja bahasa primitip jang tidak berarti, seperti umpamanja dalam bahasa kita dahulu "arkian", "sebermula" dan lain-lain.
Tudjuan karangan Mateus
Telah ditundjuk, bahwa susunan karangan Mateus kurang bersifat sedjarah. Tetapi dalam satu hal ia lebih berwudjud sedjarah dari karangan-karangan lain, jaitu dalam menundjukkan lebih tegas, bahwa Perdjandjian Baru adalah landjutan langsung dan wadjar dari Perdjandjian Lama, malah penjelesaiannja dan bahwa kedua-duanja merupakan satu sedjarah atau djalan penjelamatan manusia, menurut rentjana Allah dari kekal.
Tudjuan chusus pula, dan boleh dikatakan jang utama seluruh karangan, ialah membuktikan, bahwa "Jesus dari Nazaret" benar-benar Mesias jang dinubuatkan sifat-sifat 2dan nasibnja dalam nubuat-nubuat para nabi. la membuktikan itu dengan kutipan-kutipan dari Kitab Kudus sendiri. Sebab itu kita bertemu dengan begitu banjak kutipan-kutipan dari Perdjandjian Lama. Itu tentu pertama-tama bagi umat-umat sendiri, untuk mejakinkan dan menginsjafkan mereka lebih tegas, guna meneguhkan imannja dan menabahkan hatinja terhadap serangan-serangan dari pihak kaum sebangsanja jang belum pertjaja. Mereka terus-menerus, diperolok- olokkan Jahudi kolot itu, diumpat-umpat malah dikutuk seolah-olah mereka telah murtad dari Allah. Tetapi disamping itu Mateus mengharap lagi dengan tulisannja dapat mejakinkan orang-orang baik jang belum sampai pertjaja dan bertobat pula, ataupun tjalon-tjalon jang masih beladjar.
Ada satu persoalan lagi, jang sudah sewadjarnja dan tentu sadja tidak sedikit mengganggu pemikiran dan ketenteraman hati umat muda, maupun tjalon-tjalon jang hendak masuk dan orang-orang lain jang berminat pula, jakni bagaimana mungkin, djustru kalangan-kalangan atasan dan jang tjendekia, seperti para ahli taurat, lagipun orang-orang parisi jang terkenal sebagai golongan jang paling saleh, tidak mengenal Jesus sebagai Mesias, malah bulat menolaknja. Bergandengan pula dengan itu, bagaimana boleh dibiarkan oleh Allah, bahwa kaum Israel, kaum terpilih jang dalam keseluruhannja diberi djandji akan mewarisi Keradjaan Mesias tidak menerimanja. Mateus memberi djawaban jang terang sepandjang seluruh karangan. Inti djawaban itu jakni: nasib mereka adalah akibat kesalahan mereka sendiri. Allah sudah dari kekal mengetahui ketegaran hati mereka, telah menjatakannja dalam nubuat-nubuat para nabi, dan memperhitungkannja dalam rentjana penjelamatan manusia. Mateus selandjutnja menggambarkan pokok dan perkembangan sikap para pemimpin dengan djelas dengan mentjeritakan peristiwa- peristiwa pertemuan mereka dengan Jesus. Pokoknja ialah iri hati mereka terhadap Jesus, sebagaimana segera djuga kentara bagi Pilatus (27:18). Dan dalam segala pertemuan tampak senjata-njatanja, betapa tinggi menondjol keunggulan sikap, keagungan djiwa dan keluhuran hati Jesus diatas kepitjikan, kelemahan dan ketakdjudjuran kaum ahli taurat dan parisi. Setiap kali mereka datang bersoal dengannja, mentjobainja, hendak menangkapnja dalam perkataannja atau menuduhnja, merekalah jang kalah semata-mata didepan orang jang hadir. Malah setjara njata pula mereka setjara moril kalah sama sekali didalam pemeriksaan mahkamah agung dan didepan Pilatus, djuga sepandjang sengsara dan dalam kematian Jesus, achirnja dengan sepenuhnja dalam kebangkitan Jesus, hal mana merekapun tidak dapat menjangkalnja dalam hati mereka. Ingatlah 28:11-15. Kekalahan-kekalahan bertubi-tubi itu, sedangkan "seluruh rakjat mengikuti Jesus", tak boleh tidak mesti menjebabkan iri hati semakin mendjelma mendjadi kebentjian, jang achirnja menghebat sampai mereka mata gelap belaka.
Tetapi selain iri hati, kebentjian dan penolakan terhadap Jesus berpokok lebih dalam lagi, jaitu dalam pertentangan tjita-tjita mereka dengan tjita-tjita Keradjaan Allah jang diandjurkan Jesus. Mereka tidak dapat menerima seorang Mesias jang tidak berminat politik terhadap pendjadjahan Romawi dan tidak pertama-tama berdjandji mendirikan keradjaan David jang baru, jang makmur dan djaja atas segala keradjaan. Sebaliknja Ia menuntut roh kemiskinan, kerendahan hati, penjangkalan diri dan kerelaan memikul salib sebagai dasar keradjaannja.
Dalam 5:20 Jesus telah memperingatkan: Djikalau kebenaranmu tidak melebihi kebenaran para ahli taurat dan orang parisi, kamu tidak akan masuk kedalam Keradjaan Surga. Kemudian Ia berkali-kali dengan setegas-tegasnja membuka kedok kemunafikan dan keburukan hati mereka. la terpaksa, supaja rakjat djelata insjaf dan djangan pertjaja serta mengikuti mereka. Mateus mengumpulkan beberapa utjapan Jesus jang tegas dan agak keras terhadap mereka dalam bab 23 karangannja. Tetapi, betapapun pentingnja menondjolkan apa jang dipaparkan diatas, untuk meneguhkan iman dan menabahkan hati umat muda bangsa Jahudi itu, namun atjara pokok dan tudjuan utama karangan Mateus djauh lebih luas dan umum, jaitu memperkenalkan Jesus seutuh-utuhnja dan merekamkan adjaran-adjaran dan tjita-tjita Jesus sedalam-dalamnja dalam hati umat Jahudi itu, tetapi oleh penjelenggaraan Roh Kudus, kedalam hati seluruh umat manusia untuk segala abad. Tetapi atjara-atjara dan tudjuan-tudjuan jang dibitjarakan diatas itu sebenarnja merupakan unsur-unsur penting atjara pokok dan tudjuan utama tersebut, sebab baik kepribadian Jesus sendiri, maupun kebenaran dan keluhuran adjaran dan tjita-tjita Keradjaan Allah, djustru makin menjolok dalam perlawanannja dengan salah-paham dan sikap buruk para penentang.
Tetapi untuk mendapat gambaran jang lebih utuh, perlu banjak segi-segi lain lagi disoroti. Indjil harus ditulis demikian lengkap, sehingga mendjadi tjermin segenap kebenaran dan pedoman hidup bagi semua orang menghantar mereka kepada keselamatan abadi. Untuk itu Mateus mengumpulkan adjaran-adjaran Jesus, jang diutjapkannja dimuka orang banjak dan kepada murid-murid tersendiri, dalam bentuk utjapan pendek (amsal), perumpamaan atau chotbah. Tetapi pada bentuk pengadjaran Jesus jang paling njata pula, ialah Jesus sendiri, seluruh kepribadian dan kehidupannja. Apa jang diadjarkannja, dilakukannja sendiri dengan sempurna, mendjadi tjontoh dan penundjuk djalan, bagaimana dapat dan harus kitapun mewudjudkan adjaran-adjaran dan tjita-tjita Indjil pada diri kita dan disekeliling kita dalam hidup kemasjarakatan dan keagamaan. Untuk itu Mateus mentjeritakan sadja peristiwa-peristiwa hidup Jesus dan perbuatan-perbuatannja. Pertama-tama untuk menjatakan bahwa Jesus benar-benar Mesias, Putera Allah jang Mahatinggi, penuh berkekuasaan Ilahi, guna membangunkan kepertjajaan jang teguh dan pasti. Dan bagi siapa sadja jang pertjaja dan selandjutnja dengan luhur hati membatja dan merenungkan Indjil, dalam tiap-tiap kalimat, Jesus menondjol sebagai manusia utama, sempurna dalam segala-galanja sehingga mempesona dan menimbulkan hasrat untuk sekedar menjamai kesempurnaan itu. Jesus menondjol sebagai satu-satunja terang dunia sedjati (Jo. 1:5 dan 9;8:12; 12:46) jang tak pernah menjembunjikan diri, melainkan menjinari semua manusia jang hendak mendekatiNja dalam membatja Kitab Kudus, supaja mereka "melihat perbuatan- perbuatannja jang baik dan memuliakan BapaNja jang ada disurga" (Mt. 5:16). Djuga supaja kita memuliakanNja, terlebih dengan mengikuti djedjak Jesus, dalam tjita-tjitaNja serba rohani-abadi, dalam tjintanja tak terhingga kepada BapaNja dan dalam tjinta-kasihNja jang mesra dan kuat kepada semua manusia, sampai mengurbankan Dirinja semata-mata, mengikuti djedjak Jesus djuga sampai berani berkurban, menjangkal diri dan tetap turut memanggul salib kita.
TFTWMS: Matius (Pendahuluan Kitab) YESUS DENGAN RELA MENGHADAPI SALIB (Matius 27:33-50)
Semakin banyak kita belajar tentang salib, semakin kita akhirnya mau mengasihi dan memuja Juruse...
YESUS DENGAN RELA MENGHADAPI SALIB (Matius 27:33-50)
Semakin banyak kita belajar tentang salib, semakin kita akhirnya mau mengasihi dan memuja Juruselamat kita atas pengorbanan yang Ia lakukan untuk kita. Ketika kita mempelajari salib, kita harus tiba pada keyakinan yang lebih dalam bahwa penyaliban itu bukan kesilapan atau kecelakaan. Salib itu adalah bagian dari maksud kekal Allah. Di hati Allah sudah ada salib jauh sebelum ada salib yang ditancapkan di lereng bukit Yerusalem (lihat Efe. 1:3, 4; 2 Tim. 1:9; 1 Pet. 1:19, 20).
Apakah bisa ada cara yang lebih baik bagi Allah untuk waktu yang bersamaan memperlihatkan keadilan yang mutlak dan kasih-Nya untuk kita (Rom. 3:24-26)? Karena Yesus datang untuk melakukan kehendak Bapa-Nya, Ia memandang salib sebagai suatu keharusan (16:21-23). Ia menerima salib secara sukarela karena Ia memandang diri-Nya sebagai hamba Allah.
TFTWMS: Matius (Pendahuluan Kitab) Matius: Kematian Sang Raja 27:32-56
Penyaliban Kristus
Waktunya telah tiba bagi Yesus untuk menggenapi tujuan-Nya di bumi, bagi Dia untuk menjadi ko...
Matius: Kematian Sang Raja 27:32-56
Penyaliban Kristus
Waktunya telah tiba bagi Yesus untuk menggenapi tujuan-Nya di bumi, bagi Dia untuk menjadi korban bagi dosa umat manusia (lihat 20:28). Para serdadu itu membawa Dia ke tempat di mana Ia akan mencurahkan darah-Nya sehingga banyak orang bisa diampuni.
Ketika mereka tiba di Golgota, para serdadu itu memakukan Yesus pada kayu salib. Ia dituduh sebagai "Raja Orang Yahudi." Yesus disiksa oleh orang-orang yang lewat, para pemimpin Yahudi, dan bahkan dua penyamun yang disalib di sisi-Nya. Akhirnya Yesus menyerahkan nyawa-Nya.
Beberapa fenomena supranatural terjadi saat Yesus tergantung di kayu salib dan pada saat kematian-Nya: kegelapan selama tiga jam, gempa bumi, kebangkitan orang-orang kudus, dan sobeknya tabir bait suci.
TFTWMS: Matius (Garis Besar) Catatan Akhir:
1 Balok vertikal sering dibiarkan tergeletak di tanah di tempat penyaliban. Setelah tiba di tempatnya, tangan orang hukuman itu dipa...
Catatan Akhir:
- 1 Balok vertikal sering dibiarkan tergeletak di tanah di tempat penyaliban. Setelah tiba di tempatnya, tangan orang hukuman itu dipaku atau diikat ke balok horisontal. Balok ini lalu dinaikkan dan disatukan dengan balok vertikalnya, setelah itu kaki orang itu direkatkan pada balok vertikal.
- 2 Plutarch Moralia 554B.
- 3 Josephus Against Apion 2.4.
- 4 Michael J. Wilkins, "Matthew," in Zondervan Illustrated Bible Backgrounds Commentary, vol. 1, Matthew, Mark, Luke, ed. Clinton E. Arnold (Grand Rapids, Mich.: Zondervan, 2002), 178; David F. Payne, "Golgotha," in The International Standard Bible Encyclopedia, rev. ed., ed. Geoffrey W. Bromiley (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1982), 2:523-24.
- 5 Talmud Sanhedrin 43a; see Prov. 31:6.
- 6 Jack P. Lewis, The Gospel According to Matthew, Part 2, The Living Word Commentary (Austin, Tex.: Sweet Publishing Co., 1976), 162; Metzger, 57-58, 153.
- 7 Leon Morris, The Gospel according to Matthew, Pillar Commentary (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1992), 717.
- 8 G. Bertram, "paízō," in Theological Dictionary of the New Testament, ed. Gerhard Kittel and Gerhard Friedrich, abr. and trans. Geoffrey W. Bromiley (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1985), 758.
- 9 Ayat sebelumnya dalam Mazmur 22 menyinggung tentang menggelengkan kepala (lihat komentar tentang 27:39).
- 10 Lihat Hikmat Salomo 2:17-20.
- 11 Lukas menyebutkan kelompok keempat, yang terdiri dari para prajurit (Luk. 23:36, 37).
- 12 Dengan mengutip Catatan-catatan Injil, Origenes menekankan sejarah terjadinya kegelapan selama penyaliban Kristus. (Origen Against Celsus 2.33.) Tradisi ini juga dilestarikan dalam surat pseudepigrafal yang mengaku ditulis oleh Pontius Pilatus. . (Letter of Pilate to Tiberius.)
- 13 Tertullian Apology 1.21.
- 14 John MacArthur, Jr., The MacArthur New Testament Commentary: Matthew 24-28 (Chicago: Moody Press, 1989), 270.
- 15 J. W. McGarvey, The New Testament Commentary, vol. 1, Matthew and Mark (N.p., 1875; reprint, Delight, Ark.: Gospel Light Publishing Co., n.d.), 246.
- 16 Mishnah Shekalim 8.5.
- 17 Josephus Wars 5.5.4.
- 18 F. F. Bruce, The Epistle to the Hebrews, New International Commentary on the New Testament (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1964), 246.
Pengarang: Sellers Crain
Hak Cipta © 2013 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
BIS: Matius (Pendahuluan Kitab) KABAR BAIK YANG DISAMPAIKAN OLEH MATIUS
PENGANTAR
Buku Matius menyampaikan kepada kita Kabar Baik bahwa Yesus adalah Raja
Penyelamat yang dijanjikan
KABAR BAIK YANG DISAMPAIKAN OLEH MATIUS
PENGANTAR
Buku Matius menyampaikan kepada kita Kabar Baik bahwa Yesus adalah Raja Penyelamat yang dijanjikan oleh Allah. Melalui Yesus itulah Allah menepati apa yang telah dijanjikan-Nya di dalam Perjanjian Lama kepada umat-Nya. Sekalipun Yesus lahir dari orang Yahudi dan hidup sebagai orang Yahudi, namun Kabar Baik itu bukanlah hanya untuk bangsa Yahudi saja melainkan untuk seluruh dunia.
Buku Matius ini disusun secara teratur; mulai dengan kelahiran Yesus, kemudian mengenai baptisan dan godaan yang dialami-Nya, lalu mengenai karya-Nya di Galilea. Di situ Ia berkhotbah, mengajar dan menyembuhkan orang. Setelah itu buku ini mengisahkan perjalanan Yesus dari Galilea ke Yerusalem, dan apa yang terjadi dengan Yesus dalam minggu terakhir hidup-Nya di dunia ini yang memuncak pada kematian dan kebangkitan-Nya.
Salah satu hal yang dititikberatkan oleh Matius ialah bahwa Yesus adalah Guru yang besar, yang mengajar bahwa Allah memerintah sebagai Raja. Yesus juga mempunyai wibawa untuk menjelaskan arti dari Hukum Allah. Kebanyakan dari ajaran-ajaran Yesus itu dikelompokkan menurut pokok-pokoknya. Ada lima kelompok:
- (1) Khotbah di Bukit yang menyangkut sikap, kewajiban, hak-hak, dan tujuan hidup para anggota umat Allah (pasal 5-7 Mat 5:1-7:28);
- (2) petunjuk-petunjuk kepada kedua belas pengikut Yesus untuk melaksanakan tugas (pasal 10 Mat 10:1-42);
- (3) perumpamaan-perumpamaan tentang keadaan waktu Allah memerintah sebagai Raja (pasal 13 Mat 13:1-58);
- (4) ajaran mengenai makna menjadi pengikut Yesus (pasal 18 Mat 18:1-35); dan
- (5) ajaran tentang akhir zaman dan tentang kedatangan Anak Manusia (pasal 24-25 Mat 24:1-25:46).
Isi
- Daftar asal-usul Yesus Kristus dan kelahiran-Nya
Mat 1:1-2:23 - Pekerjaan Yohanes Pembaptis
Mat 3:1-12 - Baptisan dan godaan terhadap Yesus
Mat 3:13-4:11 - Pelayanan Yesus di tengah-tengah masyarakat Galilea
Mat 4:12-18:35 - Dari Galilea ke Yerusalem
Mat 19:1-20:34 - Minggu terakhir di Yerusalem dan sekitarnya
Mat 21:1-27:66 - Kebangkitan Yesus dan penampakan diri-Nya
Mat 28:1-20
Ajaran: Matius (Pendahuluan Kitab)
Tujuan
Supaya dengan mengenal isi Kitab Injil Matius orang-orang Kristen mengerti,
bahwa Yesus Kristus adalah Mesias, Juruselamat, Raja yang dijanji
Tujuan
Supaya dengan mengenal isi Kitab Injil Matius orang-orang Kristen mengerti, bahwa Yesus Kristus adalah Mesias, Juruselamat, Raja yang dijanjikan, yang diutus Allah sebagai penggenapan nubuatan para nabi dalam Kitab Perjanjian Lama.
Pendahuluan
Penulis : Rasul Matius.
Tahun : Sekitar tahun 61 sesudah Masehi.
Penerima : Orang-orang Kristen keturunan Yahudi, (dan juga setiap orang yang percaya kepada Tuhan Yesus Kristus).
Isi Kitab: Injil Matius terdiri dari 28 pasal. Menyatakan bahwa Yesus orang Nazaret sungguhlah Mesias (Juruselamat), Raja yang dijanjikan, sebagai penggenapan nubuatan para nabi dalam Kitab Perjanjian Lama.
I. Ajaran-ajaran utama dalam Kitab Injil Matius
Pasal 1-4 (Mat 1:1-4:1).
Raja (Juruselamat) yang dinantikan sudah datang
Bagian ini memaparkan keturunan Yesus, dari Abraham, Ishak, dan Yakub, dengan maksud untuk menunjukkan, bahwa Yesus Kristus adalah Juruselamat (Raja) yang diutus Allah sebagai penggenap nubuat-nubuat dalam Perjanjian Lama.
Pendalaman
- Buka dan bacalah pasal Mat 2:1-2, 11-12. Kalau kedatanga Tuhan Yesus disambut dengan persembahan-persembahan, apakah yang tela saudara persembahkan kepada-Nya?
- Buka dan bacalah pasal Mat 4:1-11. Berapa lamakah Tuhan Yesus berpuasa? Tuhan Yesus dicobai. Siapakah yang menang dalam pencobaan ini? Tuhan Yesus menang dalam pencobaan. Itu berart Tuhan Yesus sanggup menolong saudara dalam pencobaan kalau saudara menerima Dia sebagai Raja dalam hidup.
Pasal 4-25 (Mat 4:12-25:46).
Raja (Juruselamat) itu memberikan ajaran-ajaran
Bagian ini berisikan ajaran-ajaran dasar yang menjadi ciri hidup kerajaan-Nya. Dan juga Yesus menunjukkan kuasa-Nya atas alam semesta, atas penyakit-penyakit melalui mujizat-mujizat yang dilakukan-Nya.
Pendalaman
- Buka dan bacalah pasal Mat 5:1-12. Siapakah yang memiliki kebahagiaan?
- Buka dan bacalah pasal Mat 7:24. Apakah yang menjadi dasar kehidupan yang kuat bag setiap pengikut Yesus?
- Buka dan bacalah pasal Mat 11:25-30. Apakah yang akan saudara dapati, kalau mau datang pada Yesu Sang Raja?
- Buka dan bacalah pasal Mat 16:24. Apakah yang menjadi syarat bagi pengikut Yesus?
- Buka dan bacalah pasal Mat 24:24-25. Tuhan Yesus menyatakan, bahwa setelah Ia kembali ke sorga, akan datan Juruselamat yang palsu, karena hanya Yesuslah Juruselamat yang asli. Saudara mau yang mana, yang asli atau yang palsu?
Pasal 26-27 (Mat 26:1-27:66).
Raja (Juruselamat) mengorbankan dirinya untuk keselamatan umat-Nya
Pendalaman
- Buka dan bacalah pasal Mat 26:26-28. Bagian ini menjelaskan, sebelum Raja itu mengorbankan diri-Nya, I terlebih dahulu mengajak murid-murid-Nya untuk mengadakan perjamua suci. Hal ini merupakan lambang daripada pengorbanan-Nya di kay salib. Dan Ia mengamanatkan agar perjamuan yang serupa dilakukan ole murid-murid-Nya, setelah kenaikan-Nya kesorga. Perjamuan ini disebu Perjamuan Kudus. Ini berarti setiap orang yang percaya pada Yesus harus mengikuti upacara Perjamuan Kudus tersebut. _Tanyakan_: Apakah arti Perjamuan Kudus?
- Buka dan bacalah pasal Mat 27:54. Apakah pengakuan dari komandan prajurit Roma tentang Yesus? Bagaimanakah pendapat saudara, siapakah Yesus?
Pasal 28 (Mat 28:1-20).
Raja (Juruselamat) itu memperlihatkan kemenangannya atas segala kuasa di dunia dan di sorga
Bagian ini menjelaskan, bagaimana Raja yang mengorbankan diri-Nya itu berkuasa atas segala kuasa kematian karena Dialah yang mempunyai segala kuasa baik di sorga maupun di dunia.
Pendalaman
- Buka dan bacalah pasal Mat 28:1-10. Bagian ini menjelaskan bahwa Yesus bangkit persis seperti apa yan telah Ia katakan tentang diri-Nya. Siapakah yang menggulingkan bat penutup kuburan, dan memberitakan tentang kebangkitan Yesus? Jad berita kebangkitan Yesus, diterima pertama kali dari manusia atau dar malaikat Allah? Kalau begitu siapakah yang lebih saudara percayai?
- Buka dan bacalah pasal Mat 28:11-15. Berita bohong tentang Yesus tidak bangkit dari kematian itu, dibua oleh manusia. Jadi siapa yang percaya kepada berita itu, berart percaya kepada berita bohong dari manusia dan menjadi pengiku pembohong.
- Buka dan bacalah pasal Mat 28:16-20. Menurut ayat 18 (Mat 28:18) apakah yang diberikan kepada Yesus? Menurut ayat 19 (Mat 28:19) Raja yang naik ke sorga memberikan Amanat Agung aga murid-murid-Nya pergi ke seluruh dunia, untuk menjadika semua bangsa murid-murid-Nya. Amanat Agung ini berlak untuk semua orang yang percaya kepada Tuhan Yesus. Apakah saudara sudah pernah bersaksi tentang Yesus Kristu kepada orang lain? Pada ayat 20, (Mat 28:20) janji apakah yang diberikan-Nya?
II. Kesimpulan
Melalui Injil Matius, jelaslah bahwa Yesus Kristus adalah Raja yang kekal, Juruselamat dan Penebus dosa yang dijanjikan dalam Perjanjian Lama. Yesus Kristus adalah Raja dari segala raja, karena Dialah yang mempunyai segala kuasa, baik di sorga maupun di atas bumi.
Pertanyaan-pertanyaan yang Dapat Digunakan untuk Tanya Jawab
- Siapakah yang menulis Injil Matius?
- Apakah isi singkat Injil Matius?
- Bagaimanakah Yesus membuktikan, bahwa Ia adalah raja da Juruselamat yang dijanjikan dalam Perjanjian Lama?
Intisari: Matius (Pendahuluan Kitab) MENGAPA INJIL INI DITULIS.Matius mempunyai beberapa alasan yang jelas mengapa ia menulis Injil ini:1. Untuk menunjukkan hubungan antara Yesus dengan P
MENGAPA INJIL INI DITULIS.
Matius mempunyai beberapa alasan yang jelas mengapa ia menulis Injil ini:
1. Untuk menunjukkan hubungan antara Yesus dengan Perjanjian Lama.
2. Untuk mencatat ajaran Kristus yang diberikan secara luas pada para murid-Nya.
3. Untuk menjelaskan sikap apa yang diharapkan Kristus dari murid-murid-Nya.
4. Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh sejumlah anggota gereja, misalnya mengenai kehidupan masa muda Yesus dan kedatangan-Nya kembali.
5. Untuk menjelaskan tentang cara mengelola Gereja.
PENULISNYA.
Tidak ada pernyataan dalam Injil ini bahwa Matiuslah penulisnya, tetapi tradisi mula-mula menegaskan demikian. Sedikit saja yang kita ketahui tentang Matius, karena ia hanya disebut dalam Mat 9:9 dan Mat 10:3, yaitu bahwa ia seorang pemungut cukai yang dipanggil secara pribadi oleh Yesus. Namanya berarti "anugerah dari Tuhan". Dalam Injil lain ia dipanggil Lewi (Mar 2:14).
PEMBACA INJIL MATIUS.
Hal-hal yang diperhatikan dalam Injil Matius memberi petunjuk bahwa sebagian besar pembacanya adalah orang Yahudi. Sebagian besar dari mereka mungkin sudah menjadi Kristen, tetapi Matius boleh jadi menulis Injil ini untuk meyakinkan orang Yahudi lainnya bahwa Yesus adalah Mesias yang sudah lama dinanti-nantikan oleh bangsa Yahudi.
Namun demikian, ia sama sekali tidak mengabaikan orang-orang bukan Yahudi dan mungkin juga ia menulis dengan tujuan untuk menjawab beberapa pertanyaan mereka tentang kepercayaan mereka yang bersumber dari kepercayaan Yahudi.
KAPAN INJIL INI DITULIS?
Kita tidak dapat memastikan kapan Injil Matius ditulis. Mungkin Injil ini ditulis setelah Markus menulis Injilnya, karena isinya mirip dengan Injil Markus. Tetapi, Injil ini juga bukan yang terakhir, karena masalah-masalah sehubungan dengan orang-orang Kristen Yahudi yang diperhatikannya berangsur berkurang. Diperkirakan waktunya adalah antara tahun 50 dan 90.
CIRI-CIRI KHUSUS.
1. Injil Matius sangat teratur. Bagian-bagian tentang ajaran Yesus disisipkan di antara penjelasan-penjelasan tentang kegiatan-kegiatan-Nya.
2. Karena ingin menunjukkan bahwa Yesus adalah Mesias Yahudi, ia sering mengutip dari Perjanjian Lama. Ada 65 ayat dalam Matius yang mengacu ke Perjanjian Lama.
3. Matius bicara tentang Kerajaan Surga (33 kali) cocok dengan latar belakangnya sebagai orang Yahudi, sementara Injil-Injil lain bicara tentang Kerajaan Allah.
4. Dari keempat Injil, hanya Matius sendiri yang berbicara mengenai gereja. Ia menulis sebagai seorang gembala yang menangani berbagai masalah dan pertanyaan.
Pesan
1. Yesus adalah Mesias.o Dia berasal dari keturunan Yahudi Mat 1:1-17
o Dia menggenapi nubuatan Perjanjian Lama, misalnya Mat 1:23; 2:6, 18, 23; 4:15, 16 dll.
o Dia datang untuk menyelamatkan manusia dari dosa. Mat 1:21
o Dia pertama-tama datang kepada bangsa Israel. Mat 15:24
o Dia melukiskan sikap-Nya terhadap Perjanjian Lama. Mat 5:17-48
o Dia menantang pemimpin-pemimpin agama yang menyesatkan umat Allah. Mat 16:5-12; 23:1-36.
o Dia kelak akan bertindak sebagai hakim. Mat 25:31-46
2. Yesus berbicara mengenai suatu kerajaan.
o Dia menjelaskan apa sebenarnya Kerajaan Allah itu: bukan suatu tempat, tetapi
Allah secara aktif memerintah dunia ini. Mat 9:35
o Dia sendiri adalah Raja. Mat 2:2, 16:28
o Dia memberitahukan persyaratan revolusioner untuk dapat masuk ke dalamnya.
Mat 5:3,10,20; 7:21; 19:14,23,24
o Kerajaan-Nya sudah hadir saat ini. Mat 12:28
o Kerajaan-Nya yang sempurna masih akan datang. Mat 16:28
o Pertumbuhan Kerajaan-Nya itu pasti, walaupun tersembunyi. Mat 3:1-23
o Kerajaan Allah layak mendapat prioritas utama manusia. Mat 6:33; 13:44-46
3. Yesus menggarisbawahi hukum Taurat.
o Dia memperkuat hukum Taurat. Mat 5:17-48
o Dia merangkum hukum Taurat. Mat 22:37-40
o Dia menafsirkan hukum Taurat. Mat 23:23
4. Yesus mengutus gereja-Nya.
o Menjadi suatu masyarakat yang bermoral tinggi. Mat 5:20
o Menjadi suatu masyarakat yang berdisiplin. Mat 18:15-18
o Menjadi suatu masyarakat yang bersedia mengampuni. Mat 18:21-22
o Menjadi suatu masyarakat yang berdoa. Mat 18:19-20
o Menjadi suatu masyarakat yang bersaksi. Mat 28:19-20
Penerapan
Berita dalam Injil Matius dapat diterapkan pada dua golongan kelompok utama:
1. Kepada orang yang belum percaya.o Orang Yahudi yang belum percaya: Injil ini menunjukkan bahwa Yesus adalah
Mesias yang telah lama mereka nantikan. Kedatangan-Nya sudah dipersiapkan
dengan saksama di sepanjang sejarah dan kini keselamatan tersedia melalui Dia.
o Bangsa bukan Yahudi yang belum percaya: pembebasan dari dosa dan segala
akibatnya juga berlaku bagi orang bukan Yahudi.
Yesus adalah Juruselamat seluruh umat manusia. Dia menyambut siapa saja yang
menyatakan iman mereka kepada-Nya.
2. Kepada orang-orang Kristen.
o Injil ini akan memperlengkapi Anda dengan ajaran dasar yang penting mengenai
kehidupan dan ucapan-ucapan Yesus.
o Injil ini akan menunjukkan kepada Anda nilai Perjanjian Lama.
o Injil ini akan menunjukkan perlunya hidup sesuai dengan hukum yang baru dan
mencapai standar moral yang tinggi.
o Injil ini juga akan memperlihatkan kepada Anda bagaimana harus hidup dengan
sesama Kristen.
o Injil ini akan mendorong Anda untuk ikut ambil bagian dalam tugas misi ke
seluruh dunia.
o Injil ini akan membangkitkan pengharapan Anda akan kedatangan Yesus kembali.
Tema-tema Kunci
Matius menekankan beberapa tema tertentu. Selidikilah berulang kali catatan-catatan berikut ini dan pakailah konkordansi agar mendapatkan referensi lain yang terkait untuk mempelajari secara lebih mendalam.
1. Allah adalah Bapa surgawi kita. Inilah sebutan bagi Allah yang paling disenangi oleh Matius: Mat 5:16,45,48; 6:1,9; 7:11,21; 10:32,33; 12:50; 16:17; 18:10,14,19.
2. Berbagai gambaran mengenai Yesus. Yesus disebut Anak Daud (Mat 1:1), Juruselamat (Mat 1:21), Raja Orang Yahudi (Mat 2:2), Orang Nazaret (Mat 2:23). Sebutan apalagi bagi Yesus yang dapat Anda temukan? 3. Kutipan-kutipan dari Perjanjian Lama. Matius sering mengatakan 'haI itu terjadi supaya genaplah yang difirmankan Tuhan oleh nabi' (Mat 2:15) atau kalimat-kalimat serupa. Carilah referensi lain dan periksalah apa yang mereka ajarkan tentang Yesus.
4. Ajaran Yesus. Lima kali Matius mengatakan 'setelah Yesus mengakhiri perkataan ini' (Mat 7:28; 11:1; 13:53; 19:1; 26:1). Setiap pernyataan itu ditulis pada akhir sekumpulan ajaran Yesus. Buatlah ringkasan dari tiap-tiap 'khotbah' itu. 5. Perumpamaan-perumpamaan Yesus. Yesus mengajar murid-murid-Nya dengan memakai perumpamaan. Tetapi ingatlah, tidak semua orang dapat mengerti makna perumpamaan-perumpamaan itu (Mat 13:10-17). Beberapa perumpamaan terdapat dalam: Mat 7:24-27; 13:3-52; 18:23-35; 20:1-16; 22:1- 14; 25:1-30. Buatlah ringkasan mengenai apa yang diajarkan dalam perumpamaan-perumpamaan di atas dan dalam perumpamaan lain.
6. Mukjizat-mukjizat yang dilakukan Yesus. Matius mencatat banyak mukjizat kesembuhan dan mukjizat-mukjizat lain yang dibuat oleh Yesus untuk menunjukkan bahwa Dia adalah Tuhan atas ciptaan. Dua puluh mukjizat dicatat dalam Injil ini: Mat 8:1-17,23-34; 9:1-8, 18-33; 12:10-13,22; 14:15-33; 15:21-39; 17:14-21; 20:29-34; 21 :18-22. Daftarkanlah semua mukjizat itu dan tulislah dalam satu kalimat tentang apa yang dinyatakan mengenai Yesus dalam tiap-tiap mukjizat.
7. Kerajaan Surga Ungkapan ini menyarikan inti yang penting dalam ajaran Yesus. Pakailah konkordansi untuk mengetahui di mana Yesus mengatakannya dan bayangkan apa yang sebenarnya ingin dikatakan oleh Yesus tentang Kerajaan Surga ini.
Garis Besar Intisari: Matius (Pendahuluan Kitab) [1] KEDATANGAN MESIAS Mat 1:1-4:25
Mat 1:1-17Silsilah keluarga Yesus
Mat 1:18-25Kelahiran Yesus
Mat 2:1-23Kunjungan orang Majus
Mat 3:1-17Pela
[1] KEDATANGAN MESIAS Mat 1:1-4:25
Mat 1:1-17 | Silsilah keluarga Yesus |
Mat 1:18-25 | Kelahiran Yesus |
Mat 2:1-23 | Kunjungan orang Majus |
Mat 3:1-17 | Pelayanan Yohanes Pembaptis |
Mat 4:1-11 | Pencobaan terhadap Yesus |
Mat 4:12-25 | Yesus mulai berkhotbah |
[2] KHOTBAH DI BUKIT Mat 5:1-7:29
Mat 5:1-12 | Ucapan bahagia |
Mat 5:13-16 | Garam dan terang |
Mat 5:17-48 | Sikap Yesus terhadap hukum Taurat |
Mat 6:1-7:29 | Yesus mendorong kehidupan agama yang benar |
[3] KHOTBAH TENTANG KERAJAAN SURGA Mat 8:1-9:38
Mat 8:1-17 | Yesus berkhotbah melalui penyembuhan |
Mat 8:18-22 | Yesus berbicara tentang kemuridan |
Mat 8:23-9:8 | Yesus memperlihatkan kuasa-Nya |
Mat 9:9-13 | Yesus memanggil Matius |
Mat 9:14-17 | Yesus berbicara tentang puasa |
Mat 9:18-38 | Yesus menyembuhkan lagi |
[4] MISI DARI DUA BELAS RASUL Mat 10:1-42
Mat 10:1-15 | Tugas mereka |
Mat 10:16-42 | Masa depan mereka |
[5] TANGGAPAN ORANG BANYAK Mat 11:1-12:50
Mat 11:1-19 | Pertanyaan-pertanyaan Yohanes |
Mat 11:20-30 | Ketidakacuhan orang banyak |
Mat 12:1-50 | Pertentangan dari orang Farisi |
[6] PERUMPAMAAN-PERUMPAMAAN TENTANG KERAJAAN SURGA Mat 13:1-58
[7] PENYATAAN TUHAN YESUS Mat 14:1-17:27
Mat 14:1-12 | Kematian Yohanes Pembaptis |
Mat 14:13-36 | Tuhan atas semesta alam |
Mat 15:1-20 | Sikap Yesus terhadap tradisi |
Mat 15:21-16:4 | Mukjizat dibuat dan dijelaskan |
Mat 16:5-12 | Peringatan terhadap para pemimpin agama |
Mat 16:13-28 | Pengakuan Petrus |
Mat 17:1-13 | Yesus dimuliakan |
Mat 17:14-27 | Kembali ke dunia yang berdosa |
[8] GAYA HIDUP GEREJA Mat 18:1-35
[9] JALAN MENUJU SALIB Mat 19:1-20:34
Mat 19:1-12 | Ajaran yang Yesus berikan |
Mat 19:13-30 | Orang yang Yesus temui |
Mat 20:1-16 | Perumpamaan yang Yesus ceritakan |
Mat 20:17-28 | Penderitaan yang Yesus nubuatkan |
Mat 20:29-34 | Penyembuhan yang Yesus lakukan |
[10] SAAT DI YERUSALEM Mat 21:1-23:39
Mat 21:1-11 | Masuk kota dengan penuh kemenangan |
Mat 21:12-27 | Di Bait Allah |
Mat 21:28-22:46 | Perumpamaan dan pertanyaan |
Mat 23:1-39 | Kecaman Yesus |
[11] KEADAAN MASA DEPAN Mat 24:1-25:46
[12] PUNCAK MISI KRISTUS Mat 26:1-28:20
Mat 26:1-35 | Peristiwa-peristiwa sebelum Getsemani |
Mat 26:36-27:31 | Penangkapan dan penghakiman atas Kristus |
Mat 27:32-66 | Penyaliban |
Mat 28:1-20 | Kebangkitan dan sesudah itu |
Bank BCA Cabang Pasar Legi Solo - No. Rekening: 0790266579 - a.n. Yulia Oeniyati
Kontak | Partisipasi | Donasi